Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Rohana Kudus Enggak Ada yang Tahu, Beyonce Kalian Pasti Tahu

Kompas.com - 27/09/2017, 17:51 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

PADANG, KOMPAS.com - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menyayangkan saat ini sejarah Indonesia dan sejarah dunia tak dimasukkan secara utuh dalam kurikulum pendidikan.

Hal itu diungkapkan Megawati saat menyampaikan pidato ilmiah di Kampus Universitas Negeri Padang (UNP), Rabu (27/9/2017). Dalam kesempatan tersebut, Megawati menerima gelar doktor honoris causa dari UNP dalam bidang politik pendidikan.

Ia pun menyinggung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang turut hadir.

"Di sini ada Pak Menteri, saya sudah bicara supaya itu dikembalikan," kata Megawati di auditorium UNP, Padang, Rabu.

(Baca juga: Dianggap Berjasa, Megawati Dianugerahi Gelar Doktor Bidang Politik Pendidikan)

Ia menilai anak-anak muda saat ini cenderung tak mengenal tokoh-tokoh bangsa di masa lalu. Mereka, kata Megawati, justru lebih hafal dengan artis-artis kekinian.

"Kalau anak-anak ditanya, siapa yang namanya Ibu Rohana Kudus enggak ada yang tahu. Tapi kalau Beyonce saya kira sampai lagunya yang baru pun pada tahu," ucap Megawati.

Putri proklamator dan Presiden pertama RI Ir Soekarno itu meyakini, sejarah selalu dinamis dan ditandai oleh perubahan. Sebuah perubahan dapat diukir karena dipengaruhi oleh pemikiran para pendiri bangsa.

Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri usai menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Negeri Padang, Rabu (27/9/2017).Dokumen PDI Perjuangan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri usai menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Negeri Padang, Rabu (27/9/2017).
Megawati menambahkan, semua negara pasti memiliki pendiri bangsa dan tokoh-tokoh unggulan. Ia menyayangkan setelah era kemerdekaan sudah tak lagi keluar tokoh-tokoh nasional.

Beberapa nama tokoh-tokoh bangsa disebutnya, mulai dari Muhamad Hatta, Sutan Sjahrir hingga ayahnya, Soekarno.

"Nah seperti di Minang ini. Banyak lo tokoh nasionalnya tapi mengapa setelah kemerdekaan itu justru tidak keluar lagi," kata dia.

Megawati kemudian menyampaikan kekagumannya pada Rohana Kudus yang dinilainya sebagai sosok perempuan hebat. Jika Jawa Tengah memiliki Ibu Kartini dan Jawa Barat memiliki Dewi Sartika, kata Megawati, maka Sumatera Barat memiliki Rohana Kudus.

(Baca juga: Megawati Singgung Aktor Politik yang Halalkan Segala Cara untuk Kekuasaan)

Rohana pada 1911 mendirikan wadah belajar bernama Amai Setia untuk para perempuan belajar membaca, menulis, berhitung, serta keterampilan lainnya. Ia juga merupakan pendiri surat kabar perempuan pertama, yakni Sunting Melayu.

"Yang saya senang itu lo, perempuan pertama. Makanya mbak-mbak yang cantik-cantik di sini saya lihat banyak. Jangan cantik saja, Mbak. Cantik, pintar berpendirian pasti nanti banyak yang mau," ujar Megawati, disusul tawa hadirin.

Kompas TV Megawati: Orang Sebut Jokowi Diktator Harus Bisa Buktikan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com