JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan rasa prihatinnya terkait polemik yang terjadi belakangan ini. Terlebih, polemik tersebut menyangkut institusi TNI.
Ryamizard menegaskan bahwa seharusnya polemik tersebut tidak perlu muncul sebab TNI berkewajiban mengabdi pada rakyat.
"TNI itu kan punya rakyat, bukan punya satu orang, bukan punya partai. Bukan. Punya rakyat. TNI yang ngasih makan, baju, gaji dan mobil itu rakyat semua. Termasuk gedung-gedung Kemhan ini, punya rakyat semua. Saya juga punya rakyat," ujar Ryamizad saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017).
"Kenapa saya tekankan ini? Saya prihatin, kok begini terus ini. Apa ini?" tambah dia.
(baca: Menhan Ungkap Dokumen Rahasia Terkait Pembelian 500 Senjata dari BIN)
Ryamizard menuturkan, seorang tentara memiliki kewajiban tunggal untuk mengabdi pada bangsa dan negara.
Selain itu, tentara juga wajib menunjukkan loyalitasnya kepada Presiden sebagai pimpinan tertinggi negara.
"Dari saya masuk tentara tahun 1970, saya hanya satu, mengabdi pada bangsa dan negara ini. Dua anak saya tentara, bapak saya, paman saya tentara semuanya mengabdi hanya mengabdi tidak pengen yang lain-lain. Loyalitas pada Indonesia. Siapa? Ya Presiden," ucapnya.
(baca: Mantan Kapolri Imbau Panglima TNI Tak Resahkan Masyarakat)
Dalam kesempatan itu, Ryamizard juga meminta berbagai pihak tidak berpolemik terkait pernyataan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut adanya institusi nonmiliter yang membeli 5.000 pucuk senjata.
Panglima TNI juga bicara soal larangan bagi Kepolisian untuk memiliki senjata yang bisa menembak peralatan perang TNI.
Ryamizard menuturkan bahwa situasi saat ini dinilainya tidak baik.
"Nah, ini saya melihat situasinya sudah tidak baik. Dari awal saya sudah saya sampaikan. Sudahlah, ribut-ribut segala macam. Hubungan antara Kemhan dan TNI itu sangat dekat," ujar Ryamizard.
(baca: Setara: Jokowi Mesti Hati-hati Sikapi Panglima TNI)
Menurut Ryamizard, polemik terkait pernyataan Panglima TNI tersebut harus dihentikan. Sebab, hal itu justru akan menimbulkan pertentangan antarinstitusi dan berpengaruh pada sektor pertahanan negara.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.