JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mengakui bahwa konflik yang terjadi antara Pemerintah Myanmar dengan etnis Rohingnya di Rakhine State, Myanmar, bisa menjadi daya tarik kelompok terorisme.
Hal itu dikatakan Suhardi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/9/2017).
"Rohingnya bisa jadi magnet untuk para anggota kelompok terorisme datang ke sana," kata Suhardi.
Bahkan kata dia, dikhawatirkan dampaknya bisa sampai ke Indonesia, jika benar kelompok terorisme tersebut ikut terlibat dalam pusaran konflik Myanmar-Rohingnya.
Baca: Wamenlu Tegaskan Bantuan untuk Rohingya Amanat Konstitusi, Bukan Pencitraan
"Diharapkan itu tidak terjadi. Karena, penanganan dan solusi untuk menyelesaikan konflik yang dilakukan Pemerintah Indonesia sangat bagus sekali," kata dia.
Suhardi mengatakan, BNPT juga terus memantau para simpatisan ISIS asal Indonesia yang saat ini masih berada di Suriah dan ingin kembali ke Tanah Air.
"WNI yang pulang dari Suriah akan terus kami koordinasikan. Kan ada atase policy di sana, ada atase pertahanan, bahkan kami mengusulkan atase BNPT ada di sana," kata Suhardi.
Upaya itu dilakukan untuk mengantisipasi para simpatisan ISIS kembali ke Tanah Air karena terus terdesaknya kelompok ISIS di negara asalnya.
"Dengan itu kita akan mendapatkan kontak di sana lebih awal. Sehingga apakah returnis, apakah itu deportan dan sebagainya bisa kita bisa antisipasi ketika sudah sampai Indonesia," ujar Suhardi.