MAGELANG, KOMPAS.com - Kepolisian Resor (Polres) Magelang telah menggelar pra rekonstruksi guna menguak kasus dugaan kekerasan yang melibatkan siswa SMA Taruna Nusantara Magelang.
Kegiatan dilaksanakan di komplek sekolah, Jumat (15/9/2017). Kepala Polres Magelang AKBP Hindarsono menjelaskan pra rekonstruksi ini dilakukan untuk memperjelas dan mencocokkan hasil penyelidikan serta pemeriksaan para saksi dengan kejadian sesungguhkan di tempat kejadian perkara (TKP).
Pra-rekonstruksi ini dilakukan secara tertutup karena melibatkan anak-anak, baik korban, saksi maupun terduga pelaku. Dia menyebut ada enam siswa yang terlibat dalam kasus ini.
"Ada enam siswa yang kami undang, sementara masih itu," ujar Hindarsono, Sabtu (16/9/2017).
Selain enam siswa yang diduga terlibat, pihaknya juga akan meminta keterangan pihak sekolah dan keluarga korban. Menurutnya, masih ada kemungkinan pertemuan antara sekolah, keluarga korban dan terduga pelaku.
"Kalau memang akan ada pertemuan, ya silakan," katanya.
Hindarsono menegaskan, seluruh tahapan proses hukum telah dilakukan secara profesional sesuai undang-undang perlindungan anak. Baik korban, saksi dan terduga pelaku mendapat pendampngan dari keluarga, sekolah, Balai Pemasyarakatan (Bapas) dan lembaga perlindungan anak lainnya.
"Semua anak (yang diduga terlibat) juga masih sekolah seperti biasa," imbuhnya.
Sejauh ini, tahapan pemeriksaan sampai pra rekonstruksi masih dilaksanakan di kampus SMA Taruna Nusantara Magelang. Tahapan selanjutnya akan dilakukan di markas Polres Magelang.
Hindarsono mengaku terus menjalin komunikasi, dengan sekolah dan keluarga. Dia meminta semua pihak terbuka dan bekerjasama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Diberitakan sebelumnya, salah satu siswa SMA TN, MIH (15), mengaku menjadi korban kekerasan teman sekelasnya. Korban bersama sang Ibu, EC (45), melaporkan kasus ini ke Polres Magelang.
Korban mengaku telah dipukul dan dipaksa berkelahi di Wisma Graha Rajawali 1 komplek sekolah tersebut, Kamis (31/8/2017).
Korban melaporkan enam rekannya, semua berjenis kelamin laki-laki. Kepala Humas SMA Taruna Nusantara, Cecep Iskandar, sebelumnya memastikan tidak ada bullying maupun kekerasan antarsiswa di kompleks sekolah seperti laporan salah satu orangtua siswa ke pihak berwajib.
"Saya tidak tahu siapa yang melapor dan terlapor. Kami pastikan tidak ada bullying di kampus kami," kata Cecep.
Pihaknya telah mengumpulkan para guru dan pamong (pendamping) untuk mencari tahu perihal kasus ini. Namun tidak ada yang tahu kejadian yang konon terjadi di Wisma Graha Rajawali 1 itu.
"Kami berusaha mencari tahu sekecil apapun isu yang beredar, akan kami cari tahu. Kami siap bekerjasama dengan polisi dan terbuka, jika memang terbukti ada," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.