Satu Jiwa
Kehadiran brand Kompas di Internet melalui Kompas.com pada akhirnya memperluas audiens Kompas. Kompas.com dengan karakteristik mediumnya yang khas mampu menjangkau audiens lain di luar audiens harian Kompas.
Mayoritas pembaca Kompas.com berusia lebih muda dari pembaca harian Kompas. Mereka berusia 18-40 tahun. Mayoritas lelaki. Mereka adalah “intelectual male” yang sedang menapaki karier di level menengah.
Sementara, pembaca harian Kompas umumnya adalah mereka yang berusia matang di rentang 40 tahun ke atas. Mereka adalah top management di sejumlah perusahaan nasional dan Internasional, juga kalangan birokrasi di posisi-posisi penting pengambil keputusan.
Dalam perjalanan selanjutnya, video-video yang dikembangkan Kompas.com di tahun 2008 adalah cikal bakal lahirnya Kompas TV yang mengudara pada 9 September 2011.
Arti penting kehadiran TV juga diungkapkan Jakob dalam tulisannya.
"Selain dalam bentuk cetak, Kompas juga memiliki wahana Internet, Kompas.com-portal berita yang telah maju jauh dibandingkan dengan tiga tahun lalu. Satu platform yang tidak dimiliki Kompas secara penuh, tetapi masih sangat penting sebagai content delivery channel adalah TV. Untuk melengkapi kebijakan multiplatform, Kompas ingin memasuki industri televisi, yang terutama didorong faktor keharusan dan kecepatan menyampaikan misi pencerahan lebih produktif, efisien, dan cepat." (Jakob Oetama, Merajut Nusantara Menghadirkan Indonesia, 2010)
Kehadiran Kompas TV menggenapkan visi Jakob tentang brand Kompas yang harus hadir di segala wahana yang diakses masyarakat demi mendapatkan informasi.
Demikianlah, harian Kompas, Kompas.com, dan Kompas TV adalah satu jiwa yang bersumber pada visi Jakob Oetama mencerahkan masyarakat dengan jurnalisme yang baik yang memanusiakan manusia dalam setiap isi pemberitaanya.
Kompas, demikian Jakob, dalam platform apapun dia hadir, juga harus memberi kontribusi bagi pengembangan demokrasi di negeri ini.
"I am among those who convince that Tripple M is only a way of delivering messages, and the most important thing is still the message. Content! Content! Content! What is content? Democratisation and humanization." (Jakob Oetama, The Future of Newspaper: Symbiosis of Creativity and Technology, 2012).
-Selesai-
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.