Namun, prahara dotcom kala itu belumlah dianggap sebagai kiamat. Masih ada sebersit optimisme dari para pelaku media cetak untuk mempertahankan bahkan memunculkan versi online mereka.
Umumnya, media online yang bertahan adalah mereka yang memiliki “mothership” –nya. KCM terus dipertahankan meski roda bisnis terasa berat berputar.
Optimisme bisnis yang mengiringi kelahiran KCM di tahun 1998 tidak terwujud. Perusahaan terus merugi sepanjang tahun.
Meski belum memiliki prospek bisnis, sejumlah media cetak masih mempertahankan situs mereka seperti suarapembaruan.com, mediaIndonesia.com, dan bisnis.com.
Republika.co.id juga bertahan bahkan memperbaiki penampilannya pada 2003. Barangkali, satu-satunya media online tanpa “mothership” yang masih bertahan kala itu hanya detik.com.
Kenapa bisnis dotcom rontok?
Perusahaan yang bergerak di bidang ini memerlukan biaya yang sangat besar untuk menjalankan bisnisnya, namun penghasilan dari layanan online yang baru mulai tumbuh itu relatif kecil.
Oleh karena itu, break event point-nya atau kembali modalnya akan memakan waktu lama. Bahkan yang terjadi adalah penggerogotan modal (cash burning) (Kompas, Sekitar 80 Persen Perusahaan "Dotcom" Terancam Bangkrut, 2000).
Layanan non berita yang disajikan portal-portal berita di Indonesia ternyata tidak mendapat sambutan berarti. Segala fasilitas yang disediakan mulai dari e-mail gratis, robot penunjuk direktori (search engine), fasilitas perbincangan (chat), serta kinerja Internet lainnya, ternyata tidak mampu untuk mengangkat pendapatan mereka selama ini.
Para pengguna Internet tetap saja menggunakan Hotmail sebagai fasilitas e-mail mereka. Tetap saja menggunakan Yahoo! sebagai direktori pencari, dan tetap saja menggunakan Internet Relay Chat (IRC) untuk bergosip atau berbincang sesama kawan dan lawan.
Artinya, pengeluaran akan menjadi lebih besar untuk menunjang dan memelihara fasilitas gratis yang disediakan oleh situs-situs portal, belum lagi termasuk fasilitas seperti SMS atau pengiriman faks gratis (Kompas , Awal Sebuah Kematian?, 2000).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.