JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Wahid Institute, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid mengatakan, banyak faktor yang bisa digunakan untuk memecah belah persatuan. Isu agama, kata dia, hanya salah satu saja.
Namun, putri Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid itu pun menegaskan, bukan agama yang salah. Melainkan, orang yang menggunakan agama tersebut untuk kepentingannya.
"Saya tidak percaya (kalau dibilang) agama alat pemecah belah. Tetapi, orang yang menggunakan agama untuk memecah belah," kata Yenny dalam talkshow "Melody of Diversity" yang digelar Soka Gakkai Indonesia, Jakarta, Minggu (10/9/2017).
Yenny menjelaskan, agama mana pun akan membawa atau menjauhkan manusia dari kegelapan hati menuju Tuhan.
Agama mengajarkan sifat-sifat ketuhanan yang harus ditiru oleh para pemeluk agama. Itu berarti agama mengajarkan kebaikan.
(Baca juga: Marak Ujaran Kebencian, Indonesia Dinilai Belum Siap akan Keberagaman)
Akan tetapi, apakah semua pemeluk agama sudah berlaku sesuai ajaran agama? Menurut Yenny, belum.
"Ada yang dogmatik. Agama menjadi alat untuk menyebut dirinya superior. Yang lain dianggap kafir, orang yang tersesat," kata Yenny.
"Jadi bukan agamanya yang menjadi alat. Melainkan, attitude kita mengenai agama," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Soka Gakkai Indonesia, Peter Nurhan mengatakan, kegiatan Melody of Diversity ini merupakan ungkapan hati paling dalam dari divisi mahasiswa Soka Gakkai melihat banyaknya sentimen negatif, ujaran kebencian, adu domba dan fitnah di negara yang dikenal ramah-tamah.
"Itu merupakan fakta bahwa kita tidak siap berbeda. Kita maunya seragam, tunggal, tetapi itu tidak mungkin, karena Indonesia ini majemuk, plural," kata Peter.
Padahal, kata dia, layaknya sebuah melodi, perbedaan itu indah asal bisa berjalan harmonis. Terlebih lagi, dia mengingatkan, Indonesia saat ini masuk dalam era pertemuan multi-budaya. Oleh karena itu, sangat perlu bagi generasi muda untuk menjaga perdamaian.