JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah turut mengomentari langkah Joko Widodo yang menghadiri Rapat Kerja Nasional Relawan Pro Jokowi, awal pekan lalu.
Menurut dia, pernyataan Jokowi pada forum itu, yang meminta Menteri Kabinet fokus bekerja dan menyerahkan kampanye kepada relawan, dianggap sebagai bentuk kepercayaan yang sangat besar terhadap efektivitas mesin non-partai.
Fahri mengatakan, bakal kandidat lain yang ingin maju Pilpres 2019, sebaiknya juga mengikuti langkah Jokowi dengan mulai "memanaskan" mesin non-partainya.
"Jelaslah Projo itu kan Pak Jokowi calonnya, dan Beliau sudah manasin mesin. Nah yang lain mana? Kok mesinnya belum dihidupin?" kata Fahri, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (8/9/2017).
Baca: Jokowi: Biar Projo yang Kampanye, Jangan Menteri
"Apa karena enggak punya duit? Atau karena enggak punya kepercayaan diri? Atau belum jelas? Atau tidak percaya bisa dapat tiket, sementara Pak Jokowi sudah dapat," lanjut dia.
Fahri mengatakan, ia mendorong agar kandidat lain juga mulai melakukan hal yang sama agar muncul dialektika yang lebih sehat.
"Karena kalau kayak begini kan, (kelihatannya) kandidatnya baru satu (Jokowi saja)," kata Fahri.
Selain menantang para kandidat capres mempersiapkan relawannya, Fahri mengusulkan agar para relawan juga menggelar debat terbuka, sebelum debat resmi yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum.
"Jadi, relawan (mulai) main, boleh juga. Tetapi harus ada lawannya. Kandidat yang lain mana? Harus muncul. Jokowi sudah melaju dengan relawannya. Yang lain mana?" kata Fahri.
Baca: Jokowi: Jangan Sampai Ada yang Klaim Program Pemerintah, Repot Nanti
Sebelumnya, dalam pidato pengarahan kepada relawan Projo awal pekan ini, Presiden Jokowi mengingatkan jajaran kabinetnya tetap fokus bekerja untuk rakyat.
Masalah kampanye, kata Jokowi, biar menjadi urusan para relawan, seperti Projo (Pro Jokowi).
Kendati mendorong mesin non-partai bergerak lebih dulu, Jokowi meminta para relawan agar tidak menggunakan cara-cara kelompok Saracen, yaitu menebar berita bohong, dan isu-isu SARA.
"Jangan ikut-ikutan Saracen. Kalau main media sosial yang santun, sopan. Jangan sampai ada yang coba-coba memecah belah, mengadu domba," kata Jokowi.