Virtual positioning ini juga menunjukan tampak depan (front) dan tampak belakang (back). Front d idalamnya ada setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri).
Sedangkan di bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri yang ada pada front. Bahkan bisa jadi ada perseteruan yang terjadi di media sosial, aslinya bisa jadi pemilik akun tersebut saling bersalaman dan bersenda gurau.
Dari situlah kita memahami bahwa sesuatu yang di-posting sejatinya tidak mampu menjelaskan apa yang terjadi di belakangnya atau aslinya. Erving Goffman menyebutnya sebagai dramaturgi sebuah konsep yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial – di media sosial - dalam kehidupan manusia.
Layaknya drama maka sebuah akun bisa menjadi diri sendiri atau menjadi orang lain dengan kehendak pesan yang ingin dicapai. Bisa jadi satu waktu akan memberikan pesan positif, namun di situasi yang lain akan membangun pesan negatif.
Dari peristiwa ini maka munculah social media activation, sebuah usaha untuk mengaktivasi akun media sosial lebih baik secara kualitas maupun kuantitas. Semisal menambah jumlah followers, menargetkan secara khas follower, membuat posting-an yang terkonsep, proses unggahan yang rutin dan terjadwal, hingga melakukan interaksi langsung.
Virtual positioning juga menciptakan ruang kosong atau semacam kesenjangan informasi (lack of information). Karena sifat dasarnya adalah penampakan di media sosial, maka secara alamiah ada proses perilaku yang dipilih dan dipilah.
Apa yang terjadi di realitas belum tentu seluruhnya diunggah di media sosial, karena jika itu dilakukan akan sangat mungkin merusak dan meruntuhkan keutuhan citra yang diharapkan.
Berbekal fenomena itu, kita bisa melakukan pencermatan bahwa sebuah akun virtual positioning bisa sangat mungkin menjadi target market dan khalayak sasaran sekaligus. Menjadi konsumen dan produsen secara bersamaan, karena hidup dalam pusaran yang sama.
Virtual positioning juga bisa menjadi propaganda pesan dan agensi simbol yang membunuh karakter orang lain. Bahkan dalam situasi tertentu, sebagaimana dikatakan Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di Era Hitler bahewa sebuah kebohongan disampaikan seribu kali, maka akan menjadi kebenaran.
Fenomena itu kini terjadi saat informasi sesat (hoaks) marak terjadi disisipi bumbu kompetisi sedap mengisi ruang publik. Munculah perilaku pembunuhan karakter terhadap tokoh publik di ruang maya, membuka borok yang sebelumnya tak tercium dan secara cepat tersebar luas.
Di titik ini virtual positioning berperan sentral dalam produksi serta distribusi kampanye hitam (black campaign) dalam konotasi terburuk dan kampanye negatif (negative campaign) yang masih berpijak pada data.
Akhirnya, ketika mantra-mantra digital dirasa ampuh mengendus selera publik, maka disaat itulah industri pesan telah menemukan ceruk pasarnya sendiri.
Virtual angel's and devil's
Layaknya kehidupan nyata virtual positioning ada macamnya dan banyak jenisnya. Yang tumbuh secara natural akan nampak apa adanya, pun yang dibuat secara sengaja lebih banyak digunakan untuk menjalankan misi tertentu.
Ada yang dihadirkan untuk menyampaikan informasi kebaikan dan mendorong perubahan sosial, tapi darinya juga ada yang secara serius merusak kehidupan dan melakukan moral hazard. Terkadang untuk mendeteksi itu semua perlu keterampilan sendiri dan kemampuan yang khas.
Dus, peluang bisnis itupun muncul sebagai media monitoring agency dan social media audit yang mampu memberikan gambaran (deskripsi) serta menilai motif (eksploratif) atas sebuah informasi atau berita.
Terakhir, dalam upaya menghadirkan virtual positioning yang bertanggungjawab perlu usaha tekun baik secara kultural, struktural dan literal. Kemampuan menjaga jarak dengan informasi buruk dan keseriusan meng-update informasi terbaik dapat membantu menemukan solusi terbaik.
Sebagaimana pesan nubuwah, bahwa kebaikan yang tidak tersusun rapi, akan dihancurkan oleh keburukan yang tersusun rapi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.