Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diingatkan Tak Asal Dukung "Penguatan" KPK Lewat Revisi UU

Kompas.com - 27/08/2017, 08:28 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch, Tama Satrya Langkung mengingatkan pemerintah agar tidak asal dukung wacananya revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan alasan penguatan lembaga anti rasuah itu.

Apalagi, wacana revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK berasal dari kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau pihak yang selama ini paling "gemas" dengan sepak terjang KPK.

"Pemerintah harusnya konsisten tidak plin-plan. Dukung penguatan KPK tapi malah sepakat revisi. Pertanyaannya Pemerintah sudah pernah baca draft revisi UU KPK yang baru? Isinya apa? Mau revisi seperti apa sih?" ujar Tama kepada Kompas.com, Minggu (27/8/2018/7).

Menurut Tama, ada banyak hal yang harusnya bisa dilakukan pemerintah untuk mendukung penguatan KPK, bukan malah sebaliknya merevisi aturan bagi lembaga yang lahir pada tahun 2002 silam lalu.

(Baca: Fahri Hamzah: Karena Guru Besar Tolak Revisi UU, KPK Jadi Lembaga Suci)

"Ada banyak hal lain yang lebih penting dibanding revisi UU KPK. Revisi UU KPK itu belum perlu, tidak ada urgensinya. Apa yang mau dirubah? Selama ini KPK sudah berjalan sesuai prosedurnya," kata dia.

Tama paham, KPK tak sepenuhnya juga sempurna. Tetapi seharusnya. kata dia, langkah untuk menyempurnakannya tidak justru dengan merevisi UU-nya. Tak ada jaminan revisi UU itu akan menjadikan KPK lebih baik.

"Ini yang harus dilihat prestasi KPK dan segala macam. Kalau kemudian ada kritik betul, pasti, perlu banyak dapat masukan iya. Kami juga dukung upaya kritik ke KPK. Tapi ujungnya bukan ke revisi UU KPK. Kalau revisi UU KPK tidak ada yang bisa menjamin lebih kuat," katanya.

Karenanya, pemerintah, kata Tama, sebaiknya perlu menarik dukungan revisi UU KPK seperti dalam pernyataan yang disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa waktu lalu.

(Baca: Gerindra: Kalau Rekomendasi Pansus Berujung Revisi UU KPK, Pasti Kami Tolak)

"Kami itu ingin Pamerintah enggak usah repot dengan revisi. Kita minta pemerintah dukung saja agenda Pemberantasan Korupsi. Apa dukungannya? KPK sudah kerja membongkar perkara, Pemerintah Dukung itu," katanya.

"Dukungan tidak hanya soal statement tapi juga politik penguatan DPR, yang lebih konkrit dan terukur. Revisi itu akan membahayakan KPK. Bentuk dukungan juga dalam bentuk proteksi ke KPK, mendorong pengungkapan kasus, melakukan proteksi kepada agen-agen pemberantasan korupsi. Itu agenda penguatan KPK yang kami maksud. Terukur tidak tiba-tiba ,dukung revisi UU KPK itu tidak ada relevansinya," tutup dia.

Kompas TV Revisi UU KPK, Upaya Perlemah Kewenangan KPK? (Bag 3)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com