BANDUNG, KOMPAS.com - Seolah hendak mengulang sejarah, Partai Amanat Nasional kembali mewacanakan untuk mengusung ketua umumnya, Zulkifli Hasan, pada Pemilu 2019.
Hal yang sama pernah dilakukan oleh PAN pada Pemilu 2004, saat mengusung pendiri dan ketua umum saat itu, Amien Rais, sebagai calon presiden.
Selain itu, pada Pemilu 2014, PAN juga mengusung ketua umumnya, Hatta Rajasa, sebagai calon wapres mendampingi Prabowo Subianto.
Wacana pencalonan Zulkifli muncul dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN di Bandung, Jawa Barat, yang berlangsung pada 21-23 Agustus 2017.
Ketua Operating Committee Rakernas sekaligus Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengungkapkan, seluruh pengurus dewan pimpinan wilayah (DPW), menyampaikan aspirasinya untuk mencalonkan Zulkifli sebagai capres atau cawapres pada pemilu 2019.
"Semua (DPW) menyebut ke sana (pencalonan Zulkifli Hasan), satu suara," ujar Yandri di lokasi Rakernas, Hotel Grand Asrilia, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/8/2017).
(Baca: Seluruh DPW PAN Ingin Calonkan Zulkifli Hasan pada Pemilu 2019)
Aspirasi struktur kepengurusan di level provinsi (DPW) juga didukung oleh mayoritas struktur kepengurusan di level kota atau kabupaten, yakni di tingkat dewan pimpinan daerah (DPD).
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PAN Saleh Daulay Partoanan. Ia mengatakan, PAN akan memprioritaskan untuk mengusung ketua umum sebagai capres atau cawapres pada Pemilu 2019.
"Semua kader tentu masih berjuang bagaimana agar PAN mendapat tempat di hati masyarakat. Dengan demikian, ketua umum kami juga bisa diterima dan dipertimbangkan untuk menjadi salah seorang calon capres atau cawapres pada pilpres 2019," kata Saleh di Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/8/2017).
Katrol suara
Berbagai alasan mengemuka dalam wacana pencalonan Zulkifli. Pemilu 2019 yang berlangsung serentak menjadi salah satu pertimbangan.
Pemilu legislatif yang berbarengan dengan pemilu presiden tentu menjadi kesempatan bagi setiap partai untuk mengatrol suara jika memiliki sosok yang kuat untuk diusung sebagai capres atau cawapres, apalagi jika calon yang diusung merupakan seorang kader.
Alasan lainnya, para kader PAN melihat Zulkifli sebagai sosok yang potensial untuk diusung sebagai capres atau cawapres.