Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiranto Ungkap Presiden Duterte Terinspirasi "Petrus" di Era Soeharto

Kompas.com - 11/08/2017, 13:51 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengungkap isi perbincangan yang terjadi antara Presiden Filipina Rodrigo Duterte dengan Presiden Joko Widodo.

Pertemuan itu terjadi saat Presiden Joko Widodo menghadiri Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-30 ASEAN di Manila, Filipina, Sabtu (29/4/2017).

Menurut Wiranto, saat itu Duterte mengungkapkan alasan kebijakan menembak mati bandar narkoba diadopsi dari sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di Indonesia.

Duterte, kata Wiranto, mencontoh peristiwa "penembakan misterius" atau "petrus" yang pernah terjadi di era kepemimpinan Presiden Soeharto pada periode 1980-an.

Pada era itu terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah.

"Saat itu Duterte melontarkan joke. 'Saya ini kan belajar dari Indonesia.' Lalu Presiden Jokowi bingung, kapan Presiden Duterte belajar ke Indonesia," ujar Wiranto di sela-sela memberikan pengarahan pada acara Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LVI, di gedung Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2017).

"Duterte menjawab, 'Enggak saya belajar dari 'Petrus'-nya Pak Harto itu lho'," kata Wiranto, yang juga pernah menjabat ajudan presiden di era Soeharto.

Sontak para peserta yang hadir di auditorium tertawa mendengar hal itu.

"Jadi rupanya Petrus yang di Indonesia sampai sekarang dianggap sebagai salah satu pelanggaran HAM yang belum diselesaikan, itu di sana (Filipina) jadi contoh," kata mantan Panglima ABRI itu.

(Baca juga: Pengamat: "Petrus" Versus Preman Melanggar HAM)

Menurut Wiranto, sejak ASEAN dibentuk 50 tahun lalu, Indonesia selalu memiliki posisi yang dipandang oleh seluruh pimpinan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Hal itu terlihat dari respons kepada Presiden Indonesia setiap menghadiri KTT ASEAN.

Saat mendampingi Presiden Soeharto di KTT ASEAN tahun 1991, Wiranto menyaksikan bagaimana tutur kata dan bahasa tubuh pimpinan negara ASEAN yang menghormati delegasi dari Indonesia.

"Saat saya menjadi ajudan presiden tahun 1991, Presiden Soeharto sangat dihormati. Mungkin karena awal pemikiran pembentukan ASEAN itu dari indonesia. Tutur kata dan bahasa mereka sangat menghargai Indonesia," kata Wiranto.

Hal yang sama juga terjadi saat Presiden Jokowi menghadiri KTT ke-30 ASEAN di Manila, Filipina.

Bahkan saat itu, Presiden Duterte berujar kepada Presiden Jokowi, "Pak Jokowi, kalau ada perampok di Indonesia, kejar saja. Kalau masuk ke daerah saya (Filipina) kejar terus, jangan berhenti. Nanti tinggal telepon saya saja," tutur Wiranto, diiringi tepuk tangan dan tawa peserta PPRA yang hadir.

(Baca juga: Kekerasan dan Pelanggaran HAM Marak di Filipina, Duterte Disoroti Lagi)

Kompas TV Presiden filipina rodrigo duterte, lagi-lagi jadi buah bibir di negaranya sendiri. Hal ini terjadi setelah seorang pensiunan polisi, mengaku sempat jadi anggota pasukan pembunuh, dan telah merenggut 200 nyawa di Kota Davao, ketika Duterte menjabat sebagai wali kota wilayah ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Nasional
Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Nasional
Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com