Sebenarnya Pak Jusuf Kalla termasuk yang memuji Anda di awal kabinet terbentuk. Tapi kemudian Pak Kalla ada perbedaan pendapat karena Ibu Susi dianggap tidak pro bisnis dan kebijakan-kebijakannya menghentikan banyak usaha-usaha...
Tidak banyak. Itu di bawah 20 (perusahaan) saja. Yang hidup sekarang itu ratusan. Contoh di Bitung, ekspornya naik 70 persen. Tapi pemerintahnya bilang turun. Saya bilang yang benar yang mana?
Memang di Bitung ada 54 (perusahaan) processing, lima punya asing. Yang orang Filipina saja sudah mengakui bahwa mereka memang selama ini praktiknya nyuri. Ada di Katadata. Investigasi Katadata kan sudah disebarluaskan.
Tetapi tentu saja agen-agen yang di Bitung sekarang tidak punya pendapatan. Karena tidak bisa lagi ngagenin kapal asing. Moratorium itu juga sudah selesai, cuma berlaku dua kali, setengah tahu, setengah tahun. Sudah selesai.
Sekarang kapal asing tidak boleh beroperasi tangkap ikan di Indonesia. Karena sudah masuk ke dalam negative list untuk investasi penangkapan ikan. Sekarang asing saya buka 100 persen untuk masuk di (industri) pengolahan, bukan di tangkap ikan.
Tangkap ikan itu urusan orang Indonesia. Masak tangkap ikan saja kita mesti nyuruh asing.
Mengapa pandangan Ibu Susi tidak sama (dengan Wapres Kalla)? Kenapa Ibu dianggapnya susah diajak bekerja sama?
Orang semua kan punya pendapat masing-masing. Sekarang, saya jelaskan ke Mbak Rosi, apa yang saya pikirkan. Apa yang saya pikir dan itu yang harus dilakukan oleh bangsa kita.
Minyak, gas, tambang, mineral, itu perlu modal besar, teknologi tinggi. Tapi kalau perikanan, we don't need that (teknologi tinggi).
Satu hari, yang akan terasa sekali, dunia ini makin tumbuh, penduduk makin banyak. Pangan akan jadi persoalan dunia. Semestinya, perikanan ini dijaga dengan satu pilar kedaulatan.
Kedua, keberlanjutan. Pastikan bahwa ikan itu tetap ada terus menerus supaya bisa diambil dan dijadikan bisnis. Kalau kapal-kapal itu besar-besar, jaringnya puluhan kilometer, yang terpendek 50 kilometer, melaut di laut kita, ya habis.
Ya itu tadi, akhirnya setelah diberhentikannya kapal-kapal asing (menangkap ikan di laut Indonesia), stok ikan yang tadinya 6,5 juta ton, sudah naik menjadi 12,5 ton.
(Baca juga: Susi Komentari Pernyataan "Orang Bodoh Juga Bisa Tenggelamkan Kapal")
Ibu sadar atau tidak banyak orang yang pusing dengan (kebijakan) Ibu Susi?
Ya pusing kenapa? Kalau mereka ilegal harus diberhentikan ya harus terima dong. Saya heran yang berhubungan dengan saya selama ini enggak ngapa-ngapain, enggak ngomong keberatan, enggak ngomong apa-apa, mereka tahu praktik ini tidak benar dan demi kebaikan bangsa harus distop.
Justru yang ribut ini malah yang selama ini saya enggak pikir mereka ikut, begitu loh. Kan aneh. Kan ini juga bukan konsensus nasional. Tidak dibuka. Sudah. Ke depan kita ambil policy yang baik.
Atau Ibu mungkin terlalu keras kepala ya?
Kamu tidak bisa berkompromi dengan illegal, unreported, and unregulated fishing.
Sampai Kepala BIN Budi Gunawan bilang banyak yang ingin menggantikan Ibu Susi karena tekanan kartel...
Mungkin benar. Karena Pak Budi kan pasti punya data yang baik. Tapi kan kata Presiden kita mesti harus bisa membuat ekonomi kita tidak terkartelisasi. Karena ini persoalan bangsa yang sudah 70 tahun merdeka, pangan ini selalu menjadi masalah.
(Baca: Kepala BIN Budi Gunawan: Kekuatan Kartel Bermain agar Bu Susi Diganti)
Tapi Ibu sadar bahwa sekarang sedang berada di bawah tekanan untuk diganti (di-reshuffle)?
Saya percaya dengan Presiden dan saya bekerja untuk Presiden. Selama Presiden tidak bilang apa-apa, ya saya go ahead.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.