JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bisa jadi merupakan menteri yang paling populer di masyarakat saat ini.
Meski aktif berinteraksi di media sosial, terutama Twitter, namun Susi jarang menjadi sasaran bully atau perundungan dari para netizen. Apa pun yang dilakukan oleh Susi, mendapatkan apresiasi positif dari publik.
Mengapa demikian?
Pengamat media sosial Rustika Herlambang menjelaskan bahwa fenomena itu muncul ketika Susi ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2014 silam.
"Netizen yang merespons Ibu Susi itu rata-rata di bawah 18 tahun atau di bawah 25 tahun. Waktu itu, mereka punya kebanggaan tersendiri terhadap Ibu Susi. Karena mengejutkan, membuat mereka seperti ada hero baru," ujar Rustika dalam acara "#SusidiRosi" di Kompas TV, Kamis (3/8/2017) malam.
Persepsi ini berkaitan erat dengan kebijakan Susi tentang penenggelaman kapal pencuri ikan di laut Indonesia.
"Bu Susi itu adalah sosok yang mediagenic. Jadi apa pun yang disampaikan Ibu Susi itu selalu menarik perhatian netizen," tutur dia.
Bahkan netizen yang tidak memahami isu pemberitaan Susi pun tetap mendukungnya. Pokoknya, apa yang dilakukan Susi dinilai benar.
Tidak heran, Rustika mencatat, sepanjang 2016 terdapat 350.000 percakapan tentang Susi di media sosial. Emosi percakapan tersebut pun cenderung mengarah pada tiga hal yang positif, yakni kepercayaan, harapan dan kesenangan.
Sepanjang 2017 sendiri, masih menurut catatan Rustika, ada 75.000 netizen yang merespons soal Susi di media sosial. Hanya sedikit sekali yang merespons isu Susi dengan nada negatif.
Menariknya, di media online, Susi tidak menjadi "media darling" seperti halnya di media sosial. Di media online, lanjut Rustika, Susi lebih banyak "ditekan" lewat isu seputar kebijakannya yang menuai pro dan kontra. Pelarangan cantrang adalah salah satunya.
Merespons rangkaian analisis itu, Susi kemudian memasang muka dengan mimik heran, dan berkata, "Masak sih?"
"Saya sendiri tidak mengerti, kok ya ada hitungan dan mempelajari seperti itu. Saya sendiri heran. Enggak habis pikir. Kerja KKP setengah mati saya lihat," ujar Susi.
Menjadi seorang Susi sekarang, diakuinya, tidak mudah. Selain memegang beban tanggung jawab mengurusi seluruh laut Indonesia, Susi juga terpaksa mengorbankan privasinya, hal yang paling ia rindukan saat ini.
"Kalau mereka tahu betapa repotnya sekarang ini saya, mau makan di resepsi begini, 'Bu, foto'. Turun lagi sendoknya. Mau jalan dicegat orang, 'Bu, foto'. Apa saja enggak bisa sekarang," ujar Susi.
Susi kemudian berkelakar, "Kalau artis populer, bayarannya naik. Kalau menteri gajinya sama saja," ujar Susi sembari tertawa.
(Baca juga: Klarifikasi Menteri Susi soal "Saya Titip..." yang Tuai Tanda Tanya)
Saat ditanya apakah Susi merancang khusus pencitraan atas dirinya, ia menjawab, apa yang dia lakukan adalah hal biasa saja. Tidak ada yang istimewa.
"Saya tidak melakukan apa-apa. Suruh (menjadi artis) iklan ikan untuk acara Presiden, saya lakukan. Yang rekam sudah bagus, benar, (berpesan) ikan itu penuh protein, ini, ini, ini, lalu dia bilang bikin yang versi lain," ujar Susi.
"Saya jengkel, sudah capek. Jadi saya bilang, yang tidak makan ikan, saya tenggelamkan. Yang ramai yang belakang. Mau apa lagi?" ucap dia.