Hasil pertanian lebih banyak dijual ke Malaysia melalui Serikin, dibanding menjualnya ke Bengkayang atau ke Pontianak. Selain jarak yang sangat dekat, harga jual di negeri seberang juga jauh lebih baik.
Uang hasil penjualan, langsung dibelikan berbagai kebutuhan sehari-hari. Seperti telur, gula, dan berbagai kebutuhan hidup lainnya.
Bagi warga di Jagoi hanya butuh waktu 15 menit menggunakan sepeda motor atau mobil ke Malaysia untuk membawa hasil pertanian.
Di sana ada pasar Serikin yang ramai setiap akhir pekan. Sedangkan untuk ke Bengkayang, butuh waktu lebih kurang 2 jam melalui perjalanan darat yang tidak semuanya teraspal mulus.
Setelah menjual hasil pertaniannya, mereka langsung menyetorkan sahang ke Badan Usaha Milik Negara, Sarawak. Lada hitam harganya RM 13,50 (sekitar Rp 42.000) per kilo. Lada putih RM 22 (sekitar Rp 68.000) pe kilo.
Selain itu, para pedagang di Malaysia berani memberikan utang. Setelah lada panen, petani baru membayar.
“Kalau warga punya kebun satu hektar, toke dari Malaysia sudah berani memberikan pupuk dan obat-obatan,” kata Masardi.
Lada bisa dipanen setelah 1,8 tahun. Delapan bulan kemudian lada bisa dipanen lagi. Warga Jagoi rata-rata punya setengah hektar lahan untuk lada. Harga lada di RI dia tak tahu.
Selain lada, komoditas di perbatasan adalah kakao dan gula. Kakao per kilo RM 6 (Rp 18.671). Harga gula RM 2,10 ( Rp 6.500) per kg. Di perbatasan orang beli gula pakai karung. Satu karung isinya 50 kg.
Ada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Malaysia, warga di sepanjang perbatasan boleh melakukan transaksi tak lebih dari RM 600 (sekitar Rp 1,8 juta) sebulan. Menurut Masardi, aturan itu membatasi warga perbatasan dalam aktivitas ekonomi.
Kerajinan tangan
Selain hasil pertanian, warga Jagoi juga memasarkan hasil kerajinan tangan ke Malaysia. Salah satunya adalah bidai. Bidai adalah kerajinan tangan turun temurun khas Masyarakat Jagoi.
Bidai terbuat dari bahan baku dasar rotan dan kulit kayu yang serba alami, dianyam dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menarik.
Semula bidai ini hanya digunakan untuk menjemur padi, keperluan upacara adat dan untuk alas rumah.