JAKARTA, KOMPAS.com - Terduga teroris yang ditangkap karena menyerang Markas Polda Sumatera Utara juga melakukan survei ke sejumlah markas Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan, ada tiga dari empat terduga teroris yang ditangkap hidup berperan melakukan survei.
"Mereka semua yang tertangkap ini berperan sebagai tim survei dan dalam melakukan surveinya tidak hanya ke Polda Sumatera Utara. Mereka juga melakukan survei di tempat-tempat lain," kata Rikwanto dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (30/6/2017).
(Baca juga Satu Terduga Penyerang Polda Sumut Disebut Pernah Bertempur di Suriah)
Terduga teroris Syawaluddin Pakpahan (43) disebut menyuruh tersangka Firmansyah Putra Yudi (42) untuk melakukan survei di Markas Komando Satuan Brimob Polda Sumut dan markas Komando Daerah Militer (Kodam) Bukit Barisan.
Di Kodam Bukit Barisan, Firmansyah disebut menargetkan anggota pos penjagaan sama seperti di Markas Sat Brimob Polda Sumut.
Dia juga disebut melakukan survei di Kompleks Asia Megamas Medan dengan target WNI keturunan Tionghoa.
Syawaluddin juga mempelajari medan di Mapolsek Tanjung Morawa, Markas Bataliyon Zeni Tempur (Yonzipur), bersama tersangka Hendri Pratama alias Boboy (20).
Boboy ikut memantau kondisi di Yon Zipur dengan maksud membunuh dan merampas senjata api anggota pos yang berjaga.
Adapun Boboy bersama Syawaluddin berperan mempelajari Mapolda Sumut sepekan sebelum Syawaluddin dan Ardial Ramadhana (34) menyerang pos jaga markas polda.
"Khusus untuk penjagaan Markas Polda Sumatera Utara, mereka telah survei selama 1 minggu dan mereka mendapatkan kelemahan di pintu tengah," ujar Rikwanto.
Rikwanto mengatakan, berkaitan dengan survei, ini merupakan pengakuan dari tiga pelaku yang ditangkap hidup.
Polri menilai perlu melakukan rekonstruksi untuk memastikan kebenaran pengakuan para terduga teroris ini.
"Artinya kita gelarkan ke lapangan dari mana, bagaimana, kapan (survei) itu dilakukan, (apakah) pagi, siang, sore dan lain lain untuk dapat memastikan dari pengakuan mereka," ujar Rikwanto.