Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid-masjid Gaya China di Indonesia dan Cerita-cerita di Belakangnya

Kompas.com - 25/06/2017, 15:15 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

KOMPAS.com - Akulturasi budaya dalam suatu wilayah kerap kali memunculkan kekayaan dalam berbagai hal. Satu di antaranya terekam dalam gaya arsitektur sejumlah bangunan masjid yang mengandung unsur budaya China atau Tionghoa.

Hubungan antara masyarakat Nusantara dan China sendiri, seperti dituliskan dalam buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, sudah terjalin melalui perdagangan sejak abad ke-5, atau dengan kata lain terjadi pada masa sebelum penyebaran Islam berlangsung di Indonesia dan jauh sebelum kedatangan Belanda.

Maka dari itu pun tidak mengherankan jika sebuah masjid dibangun dengan bentuk mirip kelenteng karena misalnya berdiri di kampung yang sudah turun-temurun ditinggali warga China, yang kemudian menjadi Muslim.

Contohnya adalah masjid-masjid tua yang berdiri di Palembang. Menurut catatan harian Kompas, 17 Oktober 2005, ada empat masjid yang menyerap budaya China, di samping Jawa, Arab, Eropa, dan Palembang, yakni Masjid Muara Ogan (dibangun tahun 1889), Masjid Lawang Kidul (1881), Masjid Suro (1906), dan Masjid Sungai Lumpur.

Tak ketinggalan, Masjid Agung Palembang, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1738. Bentuk mustaka—kepala atap menara masjid—melengkung ke atas pada keempat ujungnya, menyerupai bentuk atap bangunan China (harian Kompas, 24 Desember 2000).

Sementara itu, di Cirebon ada Masjid Astana Gunung Jati, yang kerap kali tercium bau dupa. Masjid di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati ini mengambil nama salah seorang Walisanga penyebar Islam di Jawa, Sunan Gunung Jati, yang dimakamkan di kompleks tersebut.

Di kompleks ini pula, seperti dituliskan dalam harian Kompas 10 November 1991, terdapat makam seorang putri China, Ong Tien, yang dikenal juga dengan nama Rara Sumanding, salah seorang istri Sunan Gunung Jati.

Tidak heran, bau dupa menyeruak karena makam itu juga didatangi peziarah China. Sementara itu, keunikan lainnya ada pada piring keramik kuno asal China yang dipajang di hampir di semua bagian kompleks pemakaman, lalu guci-guci kuno di serambi muka.

Bukan cuma Cheng Ho

Di Semarang, sejarah kedatangan Laksamana Cheng Ho di Nusantara menjadi cerita yang cukup umum. Pelaut yang merupakan seorang Muslim tersebut pada abad ke-14 berlabuh di sana setelah kapalnya terkena badai dalam pelayaran di pesisir utara Jawa.

Saat itu, ia memerintahkan pembangunan masjid. Namun, kemudian, karena bangunan tersebut khas arsitektur China dengan dominasi warna merah, warga keturunan Tionghoa di sekitar menganggapnya sebagai kelenteng (Sam Poo Kong), seperti dituliskan dalam harian Kompas, 9 Desember 2012.

Patung Cheng Ho yang berdiri megah di depan kuilnya, di Klenteng Agung Sam Poo Kong. Karena nilai sejarahnya, klenteng tersebut dijadikan tempat wisata dan kerap dibanjiri wisatawan saat akhir pekan maupun perayaan-perayaan besar.

Meski demikian, jejak nuansa Islami masih ditemukan, antara lain berupa sebuah beduk besar di ruang utama.

Bentuk pengingat kehadiran Cheng Ho di Indonesia pun tidak hanya di Semarang. Sekian abad setelahnya, masjid dengan nama Cheng Ho dibuat di Surabaya, lalu pada 2008 dibangun di Palembang.

Untuk di Palembang, masjid yang terletak di Jakabaring itu dinamai "Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho". Masjid dengan menara berbentuk mirip pagoda ini dibangun atas prakarsa Pembina Iman Tauhid Islam (PITI) yang dahulu dikenal sebagai Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (Kompas, 23 Agustus 2008).

Menurut Ketua PITI Sumsel H Ahmad Affandi, bentuknya memang meniru bentuk masjid di China. Cheng Ho sendiri disebut berjasa menyebarkan agama Islam di Sumatera pada masa setelah Kerajaan Sriwijaya.

"Penyebaran agama Islam di China sendiri jauh lebih dulu daripada di Indonesia. Bahkan, China sudah dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan sehingga ada ungkapan tuntutlah ilmu sampai negeri China," kata Ahmad Affandi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com