JAKARTA, KOMPAS.com - Massa yang tergabung dalam gerakan Indonesia Waras memenuhi pelataran Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta, Kamis (15/6/2017).
Kedatangan massa yang terdiri dari budayawan, seniman hingga aktivis antikorupsi tersebut untuk menyatakan diri menolak hak angket yang digulirkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Kami berdiri di depan KPK, karena bagi kami semua hanya ada dua pilihan, berkawan atau melawan koruptor," ujar Sys Ns, sebagai koordinator Indonesia Waras.
(Baca: Akankah KPK Penuhi Panggilan Pansus Angket DPR?)
Menurut Sys, aksi ini menunjukan bahwa masyarakat dari berbagai lapisan, mulai dari mahasiswa, seniman, budayawan, buruh tani, nelayan, hingga pengusaha dan kaum profesional berdiri di depan KPK demi menggalang dan menyerukan penolakan terhadap hak angket DPR terhadap KPK.
Massa Indonesia Waras menilai bahwa keputusan DPR untuk menggulirkan hak angket sama dengan menghina akal sehat rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang sah.
Indonesia Waras menganggap pengguliran hak angket hanya modus anggota DPR untuk melemahkan KPK.
Dalam aksi tersebut, massa yang hadir mengenakan atribut serba merah-putih. Massa juga mengenakan atribut dan membawa spanduk yang bertuliskan penolakan terhadap hak angket.
(Baca: Pansus Angket Panggil Miryam, Ini Kata Pimpinan KPK)
Selain itu, massa menggelar spanduk putih sepanjang lebih kurang 10 meter. Massa kemudian menuliskan tanda tangan sebagai bentuk pernyataan sikap.
Beberapa tokoh yang hadir seperti aktor dan aktris senior Roy Marten dan Jajang C Noer. Kemudian, budayawan Arswendo dan Harry Tjahjono.