Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Overcrowding" Diduga jadi Akar Masalah Munculnya Sel Mewah

Kompas.com - 15/06/2017, 14:55 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), munculnya sel mewah dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) bisa disebabkan karena perilaku koruptif petugas lapas.

Sebagaimana diketahui, baru-baru ini publik dihebohkan dengan penemuan sel mewah di Lapas Cipinang bagi narapidana.

Selain karena faktor petugas lapas, Direktur Eksekutif ICJR Supriyadi Widodo Eddyono juga melihat ada situasi khusus yang membuat subur praktik komodifikasi yang koruptif ini.

"Situasi khusus ini adalah overcrowding yang selalu menjadi biang masalah utama lapas Indonesia," kata Supriyadi melalui keterangan pers diterima Kompas.com, Kamis (15/6/2017).

Supriyadi mengatakan, temuan dari berbagai studi ICJR dan berbagai lembaga telah menunjukkan pola yang seragam. Data per Juni 2017 tercatat bahwa jumlah narapidana di Indonesia sebanyak 153.312. Sedangkan kapasitas yang dapat ditampung hanya 122.114 narapidana.

(Baca: Kemenkumham Selidiki Masuknya Narkoba di Sel Mewah Lapas Cipinang)

"Secara keseluruhan lapas di Indonesia mengalami kelebihan penghuni mencapai 84 persen," ucap Supriyadi.

Per Juni 2017 Lapas Cipinang diisi oleh 2.926 narpidana dan tahanan. Padahal, kapasitasnya hanya untuk 880 narapidana.

Menurut Supriyadi, kelebihan penghuni pada lapas-lapas di Indonesia inilah yang menimbulkan dampak langsung bagi praktek komodifikasi lapas.

"Overcrowding jelas mengakibatkan tidak terakomodirnya pelayanan dan fasilitas yang memadai bagi warga binaan," kata dia.

Tentu saja, imbuhnya, kondisi yang layak hanya dapat terjadi manakala lapas menampung penghuni yang sesuai dengan kapasitasnya.

"Bagaimana mungkin kelayakan dapat diperoleh di saat kelebihan muatan mencapai 332 persen? Hampir 3 kali lipat dari kondisi normal," ujar Supriyadi.

(Baca: Mengapa Bisa Ada "Sel Mewah" di Lapas Cipinang?)

Overcrowding ini juga mengakibatkan layanan standar minimum bagi lapas menurun ke tingkat yang semakin mengkhawatirkan. Layanan dasar berupa air minum, makanan, komunikasi, ruang tidur termasuk kesehatan terkena dampak langsung.

"Negara terbukti mengalami kesulitan membiayai pengeluaran lapas untuk memenuhi standar minimum ini," imbuh Supriyadi.

Situasi inilah, kata dia, yang mendorong anak binaan harus mencari alternatif dalam menyokong standar hidup minimum dalam lapas. Situasi ini jugalah yang akhirnya mendorong dukungan kehidupan dari pihak luar yakni para keluarga-handai tolan anak binaan.

"Masalahnya dukungan keluarga ini pasti akan digantungkan kepada kondisi ekonomi masing-masing, ada yang kaya dan banyak yang miskin," kata Supriyadi.

"Hal inilah yang menjadikan penyediaan fasilitas tertentu selalu menjadi komoditas subur bagi petugas lapas yang koruptif," imbuhnya.

Supriyadi menengarai, narapidana yang tergolong memiliki kemampuan finansial yang lebih kuat, akan menyuap petugas untuk mendapat fasilitas yang lebih memadai bahkan cenderung mewah.

Kompas TV BNN Sita Rp 39 Miliar Uang Narkoba dalam Lapas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

Nasional
Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Nasional
Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Nasional
Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Nasional
PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

Nasional
Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com