Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/06/2017, 18:21 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan, pemerintah sudah membaca pergerakan ISIS secara global.

Kini, ISIS tak menjadikan Suriah sebagai basis perlawanan mereka. ISIS mulai bergerak menyebar ke penjuru dunia

"Dulu itu teori mereka itu konvergensi. Mereka mengundang kombatan-kombatan seluruh dunia ke Suriah. Di-'brainwash' dengan ideologi radikal lalu dilatih, diajak bertempur," ujar Wiranto, di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (13/6/2017).

Banyak simpatisan dari seluruh dunia yang berangkat ke Suriah untuk bergabung.

Setelah Amerika Serikat dan Inggris menggempur Suriah, kata Wiranto, ISIS mengubah strategi.

"Maka kita lihat ada serangan di mana-mana, Eropa hingga di Kampung Melayu kemarin itu," ujar Wiranto.

Baca: Gempur ISIS di Filipina, Indonesia Bersekutu dengan Australia hingga Malaysia

ISIS gagal di Poso

Di Asia Tenggara, Pemerintah Indonesia menengarai, ISIS menyasar dua negara untuk dijadikan basis, yakni Filipina dan Indonesia.

Di Filipina, khususnya bagian selatan, banyak kelompok radikal yang sudah mendeklarasikan dukungan kepada ISIS.

Radikalis di Indonesia juga hendak menjadikan Poso, Sulawesi Tengah, sebagai basis.

Polri dan TNI terus menggempur kelompok Poso yang dipimpin Santoso, yang berhasil dilumpuhkan dalam sebuah operasi.

"Di Poso kan waktu itu kami gempur terus. Kami eliminasi, tinggal enam orang mungkin sekarang sehingga tidak tepat jika Poso disebut basis baru ISIS di Asia Tenggara," ujar Wiranto.

Kegagalan pendukung ISIS di Poso justru memperkuat kekuatan mereka di Filipina Selatan.

Terkini, milisi Maute yang berafiliasi ke ISIS menggempur Marawi, Mindanao. Hingga hari ini, pertempuran di Kota Marawi telah menyebabkan 58 tentara dan polisi tewas.

Selain itu, tak kurang dari 20 warga sipil dilaporkan ikut terbunuh.

Indonesia berencana menjalin sekutu dengan Australia, Selandia Baru, Brunei Darussalam,  Malaysia, serta Filipina, untuk membantu Filipina menggempur ISIS.

"Kerja sama itu dilakukan supaya mereka (ISIS) tidak hidup di Asia Tenggara. Tidak hidup di wilayah regional kita," kata Wiranto.

Kompas TV Cegah ISIS dari Marawi, Polisi Minahasa Perketat Keamanan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com