Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Demokrat: Apa Kampus Hendak Dibuat Jinak oleh Pemerintah?

Kompas.com - 04/06/2017, 09:27 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekjen Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin mengkritik wacana pelibatan Presiden Joko Widodo dalam pemilihan rektor perguruan tinggi negeri. Didi menilai keterlibatan Presiden bisa mengganggu proses demokrasi yang sehat dan independen di kampus.

"Apalagi (demokrasi) selama ini sudah berjalan dengan baik sehingga kerap kampus berperan menjadi lembaga yang kritis, yang ikut membantu publik dalam mengontrol dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro pada rakyat," kata Didi dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Minggu (4/6/2017).

Andai dikhawatirkan ada rektor yang menyimpang dari tujuannya dengan membawa ajaran yang menyimpang dari Pancasila, tentu ada mekanisme lain untuk penanganannya. Sudah ada aturan hukum lain yang bisa menjerat sang rektor tanpa melibatkan Presiden terlalu jauh.

"Ada perangkat negara penegak hukum yang menjadi domainnya," ucap Didi.

Ia menambahkan, proses pemilihan rektor selama ini yang berlaku sudah cukup demokratis. Pemilihan rektor dilakukan melalui pemungutan suara, dengan ketentuan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi memiliki 35 persen hak suara dan senat memiliki 65 persen hak suara.

Sebelumnya pun sudah melalui proses penyaringan yang ketat okeh panitia seleksi yang dibentuk Menristekdikti. Oleh karena itu, Didi meminta proses demokrasi yang sudah berjalan dengan baik selama ini untuk tidak perlu diganggu dan diintervensi.

"Wajar kalau publik kemudian curiga kenapa terkesan pemerintah sepertinya takut dikritisi, sampai-sampai Presiden harus repot dilibatkan lebih jauh. Apakah kampus-kampus yang kritis hendak dibuat jinak supaya tidak berani protes-protes lagi kepada pemerintah?" ucap Didi.

Didi menambahkan, masih banyak urusan-urusan lain dalam negara saat ini yang lebih perlu diperhatikan, misalnya kebutuhan pokok yang terus mencekik dan tarif listrik yang kian mahal. Padahal, sebentar lagi umat muslim akan merayakan Idul Fitri sehingga kebutuhan akan kebutuhan pokok meningkat.

"Negara hendaknya peka sehubungan hal-hal tersebut diatas. Itu lebih urgent dan prioritas hemat saya," ucap Didi.

Baca: Pemerintah Ingin Presiden Terlibat Pemilihan Rektor Perguruan Tinggi

Sebelumnya Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, pemerintah ingin Presiden terlibat dalam pemilihan rektor perguruan tinggi negeri.

"Penentuan rektor akan diambil langsung oleh bapak Presiden, tidak boleh Menristek Dikti. Ini yang kami usulkan. Syukur bisa di Istana pelantikannya," kata Tjahjo di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (1/6/2017).

Tjahjo mengatakan, salah satu alasan pelibatan Presiden karena perguruan tinggi berperan penting membangun bangsa dan negara menjadi lebih baik. Surat terkait usulan tersebut sudah dikirimkan oleh Menteri Sekretaris Negara Praktikno dan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung kepada Menristek dan Dikti M Nasir.

"Supaya dalam upaya menentukan rektor yang sekian persen kewenangan Menristek Dikti itu hukumnya wajib konsultasi dengan Presiden," ucap politisi PDI-P ini.

Kompas TV Saat wisuda, ada 1400 mahasiswa yang musti ‘dilayani’ oleh sang rektor dalam kelulusan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PKS: Selamat Bertugas Prabowo-Gibran

PKS: Selamat Bertugas Prabowo-Gibran

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Nasional
Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster 

Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster 

Nasional
Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Nasional
Agenda Prabowo usai Putusan MK: 'Courtesy Call' dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Agenda Prabowo usai Putusan MK: "Courtesy Call" dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Nasional
Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Nasional
'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Nasional
KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com