JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Yudi Latif mengkritik sebagian masyarakat Indonesia yang menggunakan media sosial dengan cara kurang tepat.
"Orang Indonesia itu high tech, namun low touch," ujar Yudi dalam acara diskusi di Gedung Stovia, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).
Di satu sisi, masyarakat Indonesia sangat akrab dengan teknologi informasi dan internet.
Yudi menyebut, jumlah pengguna ponsel di Indonesia di atas 300 juta. Melebihi penduduk Indonesia sendiri, karena satu orang memiliki lebih dari dua ponsel.
(Baca: Tantangan Indonesia Versi Jokowi, Anti-Kebinekaan hingga Ujaran Kebencian)
Namun, di sisi lain pengembangan pola pikir orang Indonesia tidak berbanding lurus dengan penggunaan teknologi itu.
"Ada data bahwa tingkat ketertarikan membaca orang Indonesia terendah kedua setelah Botswana," ujar Yudi.
Maka, tidak heran ketimpangan tersebut menghasilkan sejumlah fenomena. Mulai dari ujaran kebencian di media sosial, saling menghina di media sosial, hingga penyebaran berita hoaks.
(Baca: "Ujaran Kebencian dan Ancaman Melanggar Hukum, Serahkan kepada Aparat")
"Inilah yang saya maksud high tech namun low touch tadi. Jadi timpang ini," ujar dia.
Oleh sebab itu, ia mendukung pemerintah untuk, di satu sisi meningkatkan pendidikan, di sisi yang lain menegakan hukum terkait pelanggaran di media sosial.