Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.087 Bencana Hidrometeorologi Terjadi Sejak Januari, 166 Orang Tewas

Kompas.com - 05/05/2017, 21:33 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 1.087 bencana hidrometeorologi terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak awal Januari hingga 5 Mei 2017. Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir, longsor dan puting beliung.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memprediksi bencana hidrometeorologi terus meningkat.

"Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung terus meningkat," ujar Sutopo melalui keterangan tertulisnya, Jumat (5/5/2017).

Sutopo menjelaskan, hingga pertengahan Mei 2017 diperkirakan hujan ekstrem masih berpeluang terjadi selama musim pancaroba ini. Perubahan cuaca yang mendadak diikuti hujan lebat dapat memicu terjadinya banjir, longsor, banjir bandang dan puting beliung.

(Baca: Sebulan Berlalu, Jenazah Ketujuh Korban Hilang Tanah Longsor Ponorogo Ditemukan)

Saat ini frekuensi hujan berintensitas tinggi makin sering terjadi. Dampak perubahan iklim global makin meningkatkan frekuensi hujan ekstrem.

Degradasi lingkungan dan lahan kritis yang luas menyebabkan daerah makin rentan terjadi bencana. Hal ini ditambah dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

"Sekitar 64 juta jiwa masyarakat Indonesia terpapar dari bahaya banjir sedang hingga tinggi. Sedangkan 41 juta jiwa terpapar oleh bahaya longsor sedang hingga tinggi," kata Sutopo.

Bencana hidrometeorologi, kata Sutopo, telah menyebabkan 166 jiwa meninggal dan hilang, 313 jiwa luka-luka, dan 1.036.362 jiwa menderita dan mengungsi.

(Baca: Korban Banjir Magelang Ditemukan, Ada Jenazah Ibu dan Anak Berpelukan)

Bencana juga menyebabkan 14.117 unit rumah rusak yaitu 2.578 rumah rusak berat, 2.315 rumah rusak sedang dan 9.224 rumah rusak ringan. Sebanyak 453 fasilitas publik pun rusak seperti 266 sekolah dan madrasah, 161 fasilitas ibadah dan 26 fasilitas kesehatan.

"Tentu saja bencana memerosotkan kesejahteraan masyarakat. Harta benda yang dikumpulkan bertahun-tahun hilang begitu saja terkena bencana," ucapnya.

"Apalagi sebagian besar bencana terjadi di pedesaan dengan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang menderita terkena bencana," kata Sutopo.

(Baca: 2017, Banjir dan Longsor Dominasi Bencana di Jawa Barat)

Beberapa penelitian, lanjut Sutopo, menunjukkan bahwa bencana menimbulkan kemiskinan absolut. Petani yang terjerat kredit usaha tani makin bertambah hutangnya ketika bencana merusak lahan pertaniannya.

Oleh karena itu, Sutopo menilai pengurangan risiko bencana (PRB) harus menjadi pengarusutamaan pembangunan di semua sektor. Sebab, pencegahan bencana lebih efektif dan efisien daripada penanganan darurat bencana.

"Kegiatan PRB adalah investasi pembangunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap 1 dollar AS yang digunakan untuk PRB maka dapat mengurangi kerugian akibat bencana sekitat 7-40 dollar AS," ujarnya.

Kompas TV Namun, terdeteksi akan ada bencana longsor susulan, petugas pun meminta semua tim untuk berhenti melakukan pencarian dan menyelamatkan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com