Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kuat Perempuan Hebat

Kompas.com - 21/04/2017, 22:17 WIB

Oleh: B Krisna Yogatama/Conelius Helmy

Jejak kuat perempuan-perempuan hebat Indonesia itu hingga kini masih hidup. Terus menggeliat menghidupkan semangat manusia masa kini.

Tidak banyak tempat kosong di kelas II SD Dewi Sartika, Balonggede, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (18/4). Lima bangku dan meja ditambah rak buku memenuhi ruangan berukuran sekitar 3 meter x 3 meter itu. Di dinding tergantung foto pahlawan nasional Raden Dewi Sartika.

Meski ruangan terasa sempit, hal itu tak menghalangi keceriaan delapan siswanya.

"Kalau ada teman berbeda agama mau beribadah, sebaiknya diajak bermain atau tidak?" kata Widia Supiandi, guru kelas II, melontarkan pertanyaan.

"Beribadah dulu baru boleh bermain," kata Nayla Fatimah (10) dari bangku paling belakang.

Widia kembali terkesan dengan jawaban itu. Nayla juga menjawab pertanyaan lainnya dengan benar. Kecerdasannya mengalahkan keterbatasan fisik di kakinya sejak lahir.

"SD Dewi Sartika adalah sekolah inklusi. Hampir 50 persen siswa di sini difabel. Di kelas ini saja, dari delapan siswa, enam orang di antaranya difabel," kata Widia.

Widia mengatakan tidak mengalami banyak kendala, selain menyesuaikan materi pelajaran yang berbeda pada setiap anak. Siswa difabel mampu melakukan hal sama, hanya caranya yang berbeda.

Yuliani (37), ibunda Nayla, mengatakan, setelah ditolak dua SD negeri di Bandung, SD Dewi Sartika menjadi muara agar anaknya tetap sekolah. Kesabaran para pengajar di sana mampu mengasah otak sekaligus kepercayaan diri anaknya.

"Contohnya di pelajaran olahraga. Nayla diizinkan tak ikut tes fisik. Gantinya, mengerjakan tes tertulis," katanya.

Saat kepercayaan diri menebal, Nayla punya cita-cita. Ia kelak ingin jadi dokter kandungan.

Ditanamkan Dewi Sartika

Cita-cita Nayla jadi buah semangat yang lama ditanamkan sang pionir, Raden Dewi Sartika. Tahun 1904, di atas bangunan yang sama, ia mendirikan Sekolah Istri. Siswanya perempuan tanpa melihat strata dan asal- usul.

Kini, 113 tahun kemudian, semangat itu tetap tinggal di sana saat SD Dewi Sartika menegaskan diri sebagai sekolah inklusi. Semua siswa, apa pun keadaannya, mendapat pendidikan yang sama. Hampir 50 persen dari 63 siswa SD Dewi Sartika adalah difabel.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com