JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengisahkan apa yang dialaminya beberapa bulan lalu, saat partainya bersama Partai Gerindra memutuskan mengusung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno untuk Pilkada DKI Jakarta.
Menurut Sohibul, keputusan mengusung Anies-Sandi membawa beban pikiran tersendiri baginya.
"Alhamdulillah, launching-nya (Anies-Sandi) meriah tapi saya terus menerus punya beban pikiran," kata Sohibul, dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Gerindra, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (19/4/2017).
Ia mengatakan, melawan petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, bukan hal mudah.
Saat itu, posisi elektabilitas Ahok-Djarot sangat tinggi sekitar 43 persen. Sementara, Anies-Sandi hanya belasan persen.
(Baca: Hasil Final "Quick Count" Kompas: Ahok-Djarot 42 Persen, Anies-Sandi 58 Persen)
Ia bersyukur, perlahan elektabilitas Anies-Sandi semakin tinggi.
"Kami mendapat keberkahan, pasangan kami bisa melampaui petahana sehingga Insya Allah kami akan meraih kemenangan," kata dia.
Hal sama diungkapkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ia mengaku berpasrah diri saat memutuskan mengusung Anies-Sandi.
Prabowo mengisahkan, ia beberapa kali memanggil Sandiaga Uno dan menanyakan ketersediaan uang untuk kampanye serta keperluan sosialisasi lainnya.
Saat itu, kata Prabowo, wajah Sandi pucat mengisyaratkan bahwa tak tersedia cukup dana untuk keperluan tersebut.
"Saya tanya, duitnya ada enggak, dik. Saya kasih tahu, rahasia pengusaha. Kalau tidak punya uang harus pura-pura punya uang," ujar Prabowo.
"Tapi enggak apa-apa. Kami ikhlas. Rakyat Indonesia luar biasa. Makanya saya percaya rakyat Indonesia, dikasih uang, sembako, tetap teguh," lanjut dia.