Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2017, 23:22 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat menggelar acara kumpul bersama di Taman Aspirasi yang berada di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin, (18/4/2017).

Acara yang diberi nama "#MelawanGelap, Melampaui Teror" itu digelar sebagai bentuk rasa solidaritas terhadap Novel Baswedan, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang beberapa waktu lalu menjadi korban penyiraman air jenis asam sulfat di wajahnya.

Kepala Bidang Strategi dan Mobilisasi pada Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), Puri Kencana Putri menilai serangan terhadap novel merupakan tamparan keras bagi sistem penegakan hukum di Indonesia.

(Baca: Polisi Belum Dapat Titik Terang dalam Kasus Novel Baswedan)

Kejahatan terhadap Novel merupakan salah satu dari berbagai kejahatan yang sebelumnya juga pernah terjadi dan menimpa orang-orang yang berusaha menegakkan hukum dan kebenaran.

Menurut Puri, Indonesia tampak seperti arena pertempuran politik dan teror tanpa henti.

"Kita harus melampaui teror-teror ini. Karena Indonesia adalah jauh lebih besar daripada korupsi, politik kekuasaan, kultus kefiguran, ataupun teror itu sendiri," kata Puri.

Sementara Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia Miko Susanto Ginting menilai kasus Novel mengindikasikan bahwa negara telah abai dalam melindungi warganya yang berusaha menjunjung kebenaran.

"Pada level ini kita patut mencemaskan, negara ini dalam posisi yang tidak baik-baik saja,"

Menurut dia, saat ini Indonesia tengah masuk dalam transisi politik Demokrasi yang pada akhirnya memberikan dua pilihan, yakni menuju demokrasi yang lebih baik dan stabil atau kembali pada masa kelam.

"Penyiraman terhadap Novel bagian langkah mundur menuju era kelam. Perlu ada kesadaran bagi kita bahwa demokrasi yang baik masih jauh dari angan," ujar Miko.

(Baca: Jokowi Setuju Biaya Pengobatan Novel Baswedan Ditanggung Negara)

Sebelumnya, Novel disiram dengan cairan yang diduga air keras oleh orang tak dikenal.

Saat itu, Novel baru saja selesai melaksanakan shalat Subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya pada Selasa (11/4/2017).

Teror terhadap Novel ini bukanlah yang pertama terjadi. Ia sudah beberapa kali mendapatkan teror antara lain ditabrak mobil saat menuju ke KPK ketika mengendarai motor pada 2016.

Kemudian, saat terjerat kriminalisasi dengan ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan di Bengkulu (2015), hingga diserang kelompok pendukung Amran Batalipu hingga motornya ringsek pada 2012.

Kompas TV Sudah lebih dari sepekan pasca peristiwa penyiraman air keras terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. KPK memastikan kondisi penyidik senior itu terus membaik.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com