SYDNEY, KOMPAS — Indonesia dan Australia bertekad mempererat kerja sama pertahanan dan menjalin kepercayaan yang semakin produktif di antara kedua pihak. Sejumlah isu regional yang melibatkan kedua negara perlu disikapi bijak dengan mengutamakan perdamaian dan meredam konflik.
Dalam kunjungannya ke Sydney, Australia, Kamis (16/3), Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bertemu dengan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne. Di tengah cuaca mendung dan hujan yang mengguyur Sydney sejak pagi, Ryamizard diterima Payne di Royal Australian Navy Heritage Centre yang berada di dalam kompleks salah satu pangkalan utama Angkatan Laut Australia di Pesisir Timur.
Selain Payne, hadir pula Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Australia Dennis Richardson dan Panglima Angkatan Bersenjata Australia Jenderal Mark Binskin. Sementara anggota delegasi RI yang hadir antara lain Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kemenhan Mayor Jenderal Yoedhy Swastanto, Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didit Herdiawan, dan Direktur Badan Intelijen Strategis TNI Kolonel Surya Margono.
Dalam konferensi pers seusai pertemuan, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Rini Kustiasih, Payne menegaskan sikap Australia yang ingin meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan. Sebagai dua negara yang berbagi peran menjadi Ketua Bersama Kelompok Kerja Operasi Penjaga Keamanan, Indonesia dan Australia terus meningkatkan hubungan baik dan saling percaya.
Ryamizard dan Payne membicarakan sejumlah hal penting, antara lain upaya menjaga perdamaian regional, membangun kepercayaan, dan kerja sama pertahanan yang meliputi industri pertahanan, pertahanan siber, hingga peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan.
"Kedua negara sepakat untuk proaktif dalam membangun arsitektur regional di bidang pertahanan, khususnya wilayah Asia Pasifik. Kami juga menjajaki kerja sama yang lebih intens di berbagai bidang, termasuk optimalisasi bantuan untuk bencana alam dan bantuan humanitarian lainnya. Dalam jangka panjang, kami juga menjajaki kerja sama industri pertahanan dengan Indonesia," kata Payne.
Apresiasi
Australia juga mendorong Indonesia melakukan deklarasi kerja sama maritim. "Kerja sama maritim perlu untuk menjamin keamanan bersama serta mewujudkan perdamaian dan pertahanan kawasan," ujar Pay ne.
Di sisi lain, Ryamizard menyampaikan apresiasi atas upaya Australia menjalin kembali hubungan pertahanan dengan Indonesia yang sempat terganggu akibat adanya persoalan terkait materi ajar militer di Australia yang dinilai menyinggung Indonesia, beberapa waktu lalu. Persoalan itu dinilai telah selesai. Kedua negara siap menghangatkan kembali hubungan persahabatan.
Menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu, saat ini yang harus diutamakan ialah kesepahaman dan persamaan sikap kedua negara, bukan perbedaan. Pertemuan rutin atau dialog perlu dilakukan secara sungguh-sungguh, bukan basa-basi.
"Kami juga mendorong Australia untuk mendukung kerja sama RI dengan Fiji dan kawasan selatan Pasifik lainnya. Kami hargai kedaulatan negara-negara tersebut dan kami ingin juga dukungan bagi kedaulatan kami," ujarnya.
Isu lain yang dibahas dalam pertemuan kedua menteri itu ialah mengenai anti terorisme, terutama mencegah paham radikal dibawa oleh para bekas militan di Irak dan Suriah yang pulang kembali ke negaranya. "Hal itu selalu menjadi perhatian kami," kata Payne.
Menyangkut isu Laut China Selatan yang kini tengah dalam sengketa, Payne mengatakan, pihaknya sebisa mungkin menghindari peningkatan eskalasi di kawasan itu. Bagi Indonesia, kawasan Laut China Selatan yang strategis sebagai jalur perdagangan dunia juga jangan sampai bergolak dan muncul pertikaian. Sebab, hal itu berpotensi mengganggu kondusivitas seluruh kawasan, bahkan dunia.
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Maret 2017, di halaman 4 dengan judul "RI-Australia Perkuat Hubungan".