JAKARTA, KOMPAS.com – Hingga kini, penyakit tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit menular mematikan, baik di Indonesia maupun dunia.
Meskipun pemerintah telah melakukan penetrasi untuk menekan pertumbuhan penyakit itu, namun pencegahan terbaik justru berasal dari diri sendiri.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka acara peluncuran Kemitraan dalam Penanggulangan Tuberkulosis di Istana Wapres, Rabu (15/3/2017).
Wapres pun mengapresiasi langkah yang dilakukan masyarakat dan Kementerian Kesehatan dalam menekan laju pertumbuhan penyakit itu.
"Kalau penduduk kita sama dengan India, mungkin kita nomor satu malahan. Karena India penduduknya banyak, otomatis dia banyak," kata Kalla.
Dalam sistem pengobatan terdahulu, ia menuturkan, masyarakat yang terjangkit penyakit itu ditempatkan di lokasi khusus yang disebut sanatorium untuk pemulihan.
Penempatan itu dengan harapan warga yang terjangkit tuberkulosis dapat mendapatkan udara bersih yang dapat membantu proses penyembuhan.
"Tapi sekarang, sanatorium bukan lagi pilihan. Karena mungkin obat-obat yang baik sudah banyak ditemukan sehingga mengurangi efek," ujar Kalla.
Menurut Kalla, ada empat faktor penyebab menularnya sebuah penyakit. Faktor genetik menjadi faktor pertama, sekalipun tuberkulosis diketahui merupakan jenis penyakit menular bukan turunan.
Kedua, faktor kebersihan lingkungan. Ia mengatakan, lingkungan yang tidak terjaga dengan baik menjadi sumber tumbuhnya penyakit itu sendiri.
Faktor ketiga yaitu kurangnya menerapkan pola hidup sehat. Kegemaran merokok dan jarang olahraga, diyakini Kalla yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia, sebagai pemicu timbulnya penyakit.
"Terakhir, baru rumah sakit. Jadi sebetulnya faktor rumah sakit itu adalah terakhir dalam upaya kita untuk mengatasi penyakit apa pun termasuk tuberkulosis ini," kata Kalla.