JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia keberatan atas kebijakan tarif bea masuk tinggi sekitar 30 persen yang diterapkan Afrika Selatan. Presiden Joko Widodo pun melobi Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma agar menurunkan tarif bea masuk.
Lobi dilakukan saat kedua pimpinan negara bertemu di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (8/3/2017).
"Pada saat dua presiden bertemu, kita juga membahas mengenai upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan atau kerja sama perdagangan ini. Dan sekali lagi kita membahas mengenai masalah hambatan tarif non tarif," ungkap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai pertemuan bilateral.
Retno mengatakan, Afrika Selatan adalah mitra perdagangan Indonesia yang cukup besar. Nilai perdagangan kedua negara di tahun 2016 mencapai 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 13,3 triliun.
(Baca: Presiden Jacob Zuma Undang Jokowi ke Afrika Selatan)
Capaian nilai perdagangan itu naik 13 persen dibandingkan tahun lalu dan diyakini akan terus tumbuh bila Afrika Selatan mau menurunkan tarif bea masuk.
Oleh karena itu, salah satu yang diusulkan pemerintah Indonesia adalah dengan Preferential Trade Agreement (PTA).
Dengan skema ini, kedua negara bisa saling bertukar komoditas ekspor potensial dengan besaran tarif yang disepakati antara kedua negara.
"Karena kita melihat bahwa beberapa komoditi kita mendapatkan tarif yang cukup tinggi," ujarnya.
(Baca: Indonesia dan Afrika Selatan Sepakati 3 MoU Ini)
Namun, Afrika Selatan tak langsung menyetujui permintaan Indonesia. Afrika Selatan terlebih dahulu akan berbicara dengan lima negara yang tergabung dalam Southern African Customs Union, yakni yaitu Bostwana, Lesotho, Namibia, Swaziland, dan Afrika Selatan.
Bila nantinya ada kesepakatan dan tarif bea masuk turun, maka produk yang menjadi unggulan ekspor asal Indonesia ke Afrika Selatan bisa bersaing dengan produk asal dari negara lainnya.
"Karena sekali lagi ini adalah sebuah emerging countries yang cukup besar dan produk-produk kita juga memiliki potensi yang sangat besar," ucap Retno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.