JAKARTA, KOMPAS.com - Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena pada Rabu (8/3/2017) pagi, menghasilkan komitmen Indonesia untuk menjadi mitra pembangunan Sri Lanka.
"Dalam satu bahasa bulat, kita mengatakan, Indonesia menjadi mitra bagi pembangunan ekonomi Sri Lanka," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kompleks Istana Presiden, usai pertemuan.
Pada sektor perdagangan, Indonesia berkomitmen meningkatkan nilai perdagangan ke Sri Lanka.
Jika selama ini, yang diekspor ke Sri Lanka kebanyakan berbentuk komoditas, kini Indonesia berencana menambah dengan produk-produk manufaktur.
Catatan Kemenlu, nilai perdagangan Indonesia ke Sri Lanka tahun 2016, yakni 300 juta dollar AS. Di sektor pariwisata juga sama. Sri Lanka berencana membangun sektor pariwisatanya dan Indonesia berkomitmen membantu mempercepat hal itu.
"Mengembangkan pariwisata itu kan berarti membangun hotel, memerlukan furnitur, memerlukan macam-macam. Nah itu kita sampaikan, kita siap menjadi partner," ujar Retno.
(Baca juga: Jokowi: Indonesia Dukung Pembangunan di Sri Lanka)
Selain itu, peningkatan kerja sama kedua negara juga dilakukan pada sektor perikanan, kelautan dan industri tradisional.
Khusus soal kerja sama perdagangan, hal yang selalu menjadi perhatian adalah soal tarif atau nontarif. Oleh sebab itu, demi membicarakan hal itu, Presiden Jokowi minta menteri terkait segera menindaklanjuti pembicaraan itu.
"Kami melihat ada baiknya dua negara mulai duduk bicara mengenai masalah tarif. Oleh karena itu, tadi yang dibahas itu preferential trade agreement," ujar Retno.
"Kami sudah bicara, Pak Mendag, Menko Ekonomi dan saya sendiri dan Presiden tadi sudah memberikan arahan, mungkin kalau tidak April atau Mei 2017, Menko Ekonomi atau saya diminta masuk ke Sri Lanka dan juga ke Bangladesh untuk menindaklanjuti," kata dia.
(Baca juga: Indonesia Teken Tiga MoU dengan Sri Lanka)