JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, sebenarnya polisi ingin menangkap pelaku teror bom di Bandung, Yayat Cahdiyat, dalam kondisi hidup. Namun, polisi terpaksa melumpuhkannya karena Yayat melawan Densus 88.
"Tersangka ini sudah diimbau menyerahkan diri. Bahkan, kami sudah dibantu pegawai kelurahan," ujar Boy di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Boy mengatakan, petugas perlindungan masyarakat juga telah membantu bernegosiasi dengan pelaku. Namun, pelaku dianggap memiliki tingkatan bahaya yang tinggi. Terlebih lagi, ia membawa senjata.
Dikhawatirkan, ada masyarakat yang menjadi korban atau disandera karena pelaku bersikeras enggan menyerahkan diri.
"Bisa saja melakukan aksi kekerasan tanpa kontrol dengan senjata tajam, dengan senjata api," kata Boy.
(Baca: Pelaku Teror Bom Bandung Pernah Bebas Tahun 2014)
Boy meyakini, apa yang dilakukan polisi sudah sesuai prosedur. Dalam SOP kepolisian, tindakan paksa diperbolehkan jika pelaku terus melawan dan mengancam keselamatan banyak orang.
"Kami sudah memberikan kesempatan untuk menyerahkan diri," kata Boy.
Sebelumnya, petugas keamanan dan ketertiban Kecamatan Cicendo, Andri, sempat berbicara dengan pelaku. Ia menanyakan kepada pelaku perihal apa yang dilakukannya. Di jaket pelaku terlihat seutas kabel yang melingkar.
"Saya enggak ada urusan sama Anda, tolong keluarin Densus," ucap Andri menirukan perkataan pelaku.
"Terus maksudnya ngeluarin Densus apa, Kang?" tanya Andri kembali.
(Baca: Teror Bom Bandung dan Pelukan Ridwan Kamil)
"Keluarin tahanan-tahanan yang ada di penjara. Pulang, pulang kamu," ucap Andri kembali menirukan perkataan pelaku.
Sesaat setelah perbincangan itu, salah seorang anggota polisi datang ke lantai dua. Namun, pelaku mengamuk, dan melempar kursi ke arah orang yang datang. Pelaku sempat membakar sesuatu di lantai dua.
Untungnya, mobil pemadam langsung menyiramkan air sehingga lantai dua penuh dengan asap. Akhirnya, polisi terpaksa menembak Yayat di bagian dada. Hal itu membuatnya tersungkur.
Ia pun dibawa ke RS Sartika Asih dalam kondisi kritis. Namun, dalam perjalanan, Yayat meninggal dunia.