JAKARTA, KOMPAS.com - Kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud diharapkan tak sekadar dimanfaatkan untuk kepentingan investasi di bidang ekonomi tapi juga di bidang pendidikan dan keagamaan.
Anggota Komisi VIII Khatibul Umam Wiranu menilai investasi di dua bidang tersebut juga penting.
"Sektor ini penting guna mencapai kedamaian dan kemajuan keadaban dunia dalam bingkai pendidikan dan keagamaan," kata Khotibul melalui keterangan tertulis, Selasa (28/2/2017).
Ia juga berharap momentum kunjungan Raja Salman bisa dimanfaatkan untuk reposisi Indonesia agat menjadi mitra sejajar dengan Kerajaan Arab Saudi.
(Baca: MUI Harap Kedatangan Raja Salman Perkuat Ekonomi Syariah di Indonesia)
Selama ini, sejumlah hambatan muncul dalam hubungan kedua negara. Semisal, terkait persoalan lobi yang kerap buntu sehingga persoalan pelayanan jamaah haji asal Indonesia kerap tidak maksimal.
"Harapannya, pasca kunjungan ini ada wajah baru relasi Indonesia-Arab Saudi yang saling menopang satu dengan lainnya di bidang ekonomi, pendidikan termasuk dalam pelayanan ibadah haji," kata Politisi Partai Demokrat itu.
Di samping itu, Khotibul juga meminta Pemerintah agar memanfaatkan kunjungan Raja Salman ini untuk mempertanyakan kompensasi atas bencana jatuhnya crane di Mekkah 2015 lalu.
"Dengan kedatangan Raja Salman, Pemerintah diharapkan dapat memastikan kapan kompensasi tersebut diberikan kepada para korban yang masih menunggu kompensasi yang sudah dijanjikan sebelumnya," ucap Khotibul.
(Baca: Jokowi-Raja Salman Akan Tanda Tangani 10 Kesepakatan, Apa Saja?)
Begitu pula terkait penambahan kuota haji. Meski Pemerintah Indoenesia baru mendapatkan 10.000 tambahan kuota, namun jika ada lagi penambahan kuota maka hal itu dapat menjadi salah satu solusi panjangnya antrean haji di Indonesia.
"Antrean masa tunggu haji mencapai hingga 35 tahun yang terjadi di Sulawesi Selatan. Fakta ini harus disampaikan ke otoritas Kerajaan Arab atas persoalan yang terjadi di jamaah haji Indonesia," tuturnya.