JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta masyarakat tidak mudah terpengaruh ajaran organisasi kemasyarakatan (ormas) radikal berbasis keagamaan.
Yaqut menuturkan, dalam setiap wacana yang disebarkan ormas radikal untuk merekrut anggota baru, selalu tersembunyi kepentingan politik yang menjadi agenda utama mereka, yakni merebut kekuasaan.
"Cita-cita mereka itu merebut kekuasaan untuk membuat Daulah Islamiyah, menjadikan NKRI sebagai negara Khilafah Islamiyah. Memang itu target politiknya," ujar Yaqut saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (24/1/2017).
Yaqut menjelaskan, untuk mencapai tujuan tersebut ormas radikal tidak segan untuk menggunakan isu agama dan kekerasan.
Tidak hanya itu, mereka juga menjanjikan kepada para pengikutnya pemerataan keadilan dan kesejahteraan.
Kelompok ini, kata Yaqut, bergerak massif melancarkan propaganda melalui media sosial.
Yaqut pun mengingatkan bahwa pemerintah harus melihat hal tersebut sebagai ancaman terhadap keutuhan bangsa.
"Omong kosong, tidak ada itu pemerataan keadilan dan kesejahteraan. Islam memang mendorong umatnya untuk sejahtera. Mendorong umatnya untuk berperilaku adil, tapi harus proporsional," ungkapnya.
Majelis Dzikir Djalalul Ansor
Melihat maraknya penyebaran paham radikal, Yaqut memastikan bahwa Ansor berperan dalam melakukan pencegahan.
Pada tahun 2012, Ansor membentuk sebuah badan otonom yang bernama Majelis Dzikir Djalalul Ansor.
Majelis tersebut beranggotakan para kiai muda pengasuh pondok pesantren yang cenderung moderat.
"Setiap hari mereka keliling ke jemaahnya, melakukan pengajian untuk menyampaikan islam itu rahmatan lil' alamin," tutur Yaqut.
Yaqut mengungkapkan, pada dasarnya tidak ada satu pun dalil dalam ajaran Islam yang menganjurkan kekerasan karena Islam diturunkan sebagai agama yang mengendalikan nafsu manusia.
Ketika ada kelompok yang melakukan kekerasan dengan dalih ajaran Islam maka masyarakat harus mempertanyakan dasar pemahaman kelompok tersebut.
"Mereka harus dipertanyakan, belajar agamanya di mana. Karena Islam itu kata dasarnya salam yang artinya damai atau selamat jadi itu yang kami kerjakan yang terus menerus dikampanyekan," kata Yaqut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.