JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap pengadaan pesawat dan mesin pesawat.
Kuasa Hukum Emirsyah, Luhut Pangaribuan mengatakan, kliennya telah mengenal sejak lama dengan tersangka lainnya, yakni pendiri PT Mugi Rekso Abadi (MRA) Soetikno Soedarjo.
Meski demikian, menurut Luhut, tidak ada perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan Emirsyah.
"Kenal karena temannya sejak lama. Kami tidak tahu apa bukti KPK tapi sepengetahuannya (Emirsyah), tidak ada perbuatan yang koruptif apalagi terima suap atau gratifikasi," kata Luhut melalui pesan singkat, Minggu (22/1/2017).
Untuk itu, Luhut menuturkan Emirsyah akan mengklarifikasi penetapan tersangka itu. Antara lain, lanjut Luhut dengan memeriksa dokumen yang dimiliki.
"Dia baru mendengar ada suap. Ini yang diklarifikasi," ucap Luhut.
Emirsyah sebelumnya menyebutkan, penetapan tersangka kepada dirinya merupakan kewenangan KPK. Namun, Emirsyah menuturkan akan menghormati proses hukum dan bekerja sama dengan penyidik.
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif mengatakan, Emirsyah diduga menerima suap dari Soetikno Soedarjo, yang berperan sebagai perantara suap dari pihak Rolls-Royce. Suap diberikan Soetikno menjabat sebagai Beneficial Owner Connaught International Pte Ltd.
(Baca juga: Siapa Soetikno Soedarjo, Salah Satu Tersangka Kasus Suap Emirsyah?)
Emirsyah diduga menerima suap terkait pengadaan mesin Rolls-Royce PLC untuk pesawat Airbus SAS milik Garuda. Suap itu diperkirakan terjadi dalam rentang tahun 2005-2014 saat Garuda membeli pesawat Airbus.
Pada saat peristiwa itu terjadi, Garuda Indonesia melakukan pengadaan 50 pesawat Airbus. Untuk mesinnya, Emirsyah pun memilih mesin buatan Rolls-Royce.
Pilihan Emir itu diduga tak lepas dari iming-iming komisi yang diberikan perusahaan asal Inggris itu. KPK menyebutkan Emir menerima suap dari Rolls-Royce berupa uang dan barang yang nilainya lebih dari Rp 20 miliar.
Rinciannya ialah uang 1,2 juta euro dan 180.000 dollar AS atau senilai Rp 20 miliar dan barang senilai 2 juta dollar AS yang tersebar di Singapura dan Indonesia.
(Baca juga: Selama Jadi Bos Garuda, Emirsyah Satar Mangaku Tak Pernah Terima Suap)
Dalam perkara ini, Emirsyah disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 juncto Pasal 64 ayat 1 KUH Pidana.
Sementara itu, SS disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.