Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewan Kerukunan Nasional Dinilai Bisa Cegah Konflik Sosial

Kompas.com - 20/01/2017, 18:11 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia (PPHKI) Tony Budidjaja mengatakan, pihaknya mendukung pembentukan Dewan Kerukunan Nasional sebagai upaya pemerintah mengatasi konflik horizontal di masyarakat.

Hal itu disampaikannya saat bertemu dengan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (20/1/2017).

"Kami mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan kestabilan nasional. PPHKI juga menyatakan siap untuk memberikan SDM terbaik kami untuk mewujudkan Dewan Kerukunan Nasional guna mencegah konflik sosial," ujar Tony, seusai pertemuan.

Menurut Tony, idealnya pengadilan tidak mengadili kasus-kasus yang berakar dari konflik horizontal berbasis agama.

Ia berpendapat, konflik keagamaan idealnya diselesaikan melalui jalur musyawarah agar tidak menimbulkan efek negatif yang meluas jika terdapat indikasi kepentingan politik.

"Kami berpendapat sejatinya konflik agama tidak dibawa ke pengadilan. Pengadilan seyogyanya bertumpu pada kepentingan hukum. Masalah agama seyogianya diselesaikan di luar forum pengadilan," kata dia.

"Kami berharap baik pemerintah maupun pengadilan bersikap tegas. Pengadilan hanya berkepentingan atas kepentingan hukum, bukan kepentingan agama, apalagi kepentingan agama yang ditumpangi dengan kepentingan politik tertentu," kata Tony.

Namun, lanjut dia, upaya musyawarah tidak berarti meniadakan proses hukum jika ditemukan adanya unsur tindak pidana.

Dewan Kerukunan Nasional diharapkan bisa memilah konflik yang benar-benar mengandung unsur pelanggaran pidana.

Selain itu, kepolisian juga harus bisa bertindak cepat apabila ditemukan unsur pidana, misalnya aksi kekerasan dalam kasus pembubaran ibadah oleh kelompok tertentu.

"Sikap tegas dari kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya diperlukan sebelum kasus itu sampai di pengadilan. Jadi, hukum harus menjadi panglima, di atas kepentingan politik, termasuk kepentingan agama. Kepentingan agama, politik dan hukum harus dipisahkan," papar dia.

Pembentukan Dewan Kerukunan Nasional disepakati saat rapat paripurna kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Rabu (4/1/2016).

Saat itu, Wiranto mengatakan, Dewan Kerukunan Nasional nantinya akan menjadi penengah bagi konflik yang terjadi antarmasyarakat.

Menurut dia, bangsa Indonesia sebetulnya selalu mengedepankan musyawarah tiap ada masalah.

Lembaga-lembaga adat di Indonesia hingga kini pun selalu bermusyawarah.

Namun, karena Indonesia mengadopsi undang-undang dari Eropa, maka berbagai kasus yang ada di masyarakat selalu dilarikan ke proses peradilan.

Wiranto mengeluhkan, saat ini setiap ada kasus yang terjadi di masyarakat, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia selalu masuk untuk menyelidiki.

Akibatnya, kasus itu dibawa ke proses pengadilan.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com