JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) merayakan Hari Ulang Tahun ke-44 pada Selasa (10/1/2017), di JCC Senayan, Jakarta.
Dalam pidatonya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri membahas sejumlah hal, salah satunya soal implementasi Pancasila yang harus konkret serta mampu merespons problematika bangsa.
Saat itu, ia menyinggung Ketua MPR Zulkifli Hasan soal Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana yang tak kunjung selesai dibahas di MPR.
Adapun Zulkifli turut hadir dalam kesempatan tersebut.
"Ini penting bagi Pak Zul sebagai Ketua MPR. Saya pernah menawarkan kembali, dulu kita punya untuk pembangunan bangsa itu adalah dengan nama Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana sebagai implementasi Pancasila untuk mencapai Trisakti," kata Megawati dalam pidatonya, Selasa.
"Tapi saya khawatir itu Pak Zul terlalu lama dibahas lama-lama tidak ada yang dibahas, jadi sampai sekarang saya belum tahu bagaimana hasilnya," sambungnya.
Dalam pidatonya, Megawati juga menyinggung soal 1 Juni yang telah ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.
Hal itu, menurut dia, harus dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan seluruh komponen bangsa terhadap pentingnya Pancasila sebagai "pendeteksi" sekaligus "tameng proteksi" terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Implementasi Pancasila, kata dia, tak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya.
"Meskipun demikian, guna mengeksplisitkan ide dan gagasan agar menjadi konkret, dan agar Pancasila tidak kaku dan keras, dalam merespons keaktualan problematika bangsa, maka instrumen implementasinya pun harus dijabarkan dengan lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filsafat pokok dan kepribadian bangsa," tutur Megawati.