Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teken Nota Kesepahaman, BNPT dan BPS Susun Indeks Risiko Terorisme

Kompas.com - 27/12/2016, 13:31 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik merancang indeks risiko terorisme.

Melalui data yang nantinya disajikan BPS tersebut, BNPT ingin memperkuat kajian penanganan terorisme guna mencegah aksi di masa mendatang.

"Kalau selama ini (penanganan terorisme) masih belum terfokus sistematis, kami mencoba untuk merajut langkah baru," kata Kepala BNPT Suhardi Alius di Jakarta, Selasa (27/12/2016).

Menurut Suhardi, ada 25 kementerian dan lembaga yang akan membantu proses penyusunan indeks tersebut.

Sebagai contoh, koordinasi dengan Kementerian Sosial untuk mengakses adanya kantong-kantong kelompok masyarakat yang berpotensi radikal.

Kerja sama, lanjut mantan Kabareskrim Polri itu, juga dilakukan dengan TNI, Polri dan Kementerian Pendidikan.

Dari sisi TNI/Polri, kerja sama lebih menekankan pada aspek keamanan. Sementara, kerja sama dengan Kementerian Pendidikan lebih menonjolkan pada materi pendidikan dan kebudayaan di sekolah-sekolah yang mampu menangkal penyebaran paham radikalisme.

"Anak-anak yang terpapar radikal ini adalah potensi untuk menjadi teroris-teroris baru. Tentunya, kalau tidak disentuh oleh mereka, oleh kita semuanya," ujar Suhardi.

"Oleh karena itu, mungkin dengan pendekatan secara humanis pada keluarganya dengan memberikan kewirausahaan, itu menjadi faktor-faktor yang dominan, mempengaruhi mindset mereka. Kita coba sentuh itu," tuturnya.

Sementara itu, Kepala BPS Suharyanto mengatakan, penyusunan indeks risiko terorisme ini akan mengacu pada data Global Terorism Index (GTI) 2016 yang dihasilkan Institite for Economic and Peace, namun dengan sejumlah penyesuaian.

Ia melihat ancaman terorisme dewasa ini kian meningkat.

"Bahkan dari 21 dari 34 negara anggota OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) sudah mengalami serangan teror yang nyata. Korban meninggal dua tahun terakhir meningkat pesar 650 persen dibandingkan 2014," ujarnya.

Secara nasional, ia menambahkan, Indonesia belum memiliki data yang cukup komprehensif seperti GTI.

Untuk itu diperlukan penyusunan data dan fakta yang komprehensif beserta penyusunan roadmap penanggulangan terorisme ke depan.

"Lewat kerja sama ini, kami akan susun indeks risiko terorisme. Dan kami harap, indeks ini sampai level kabupaten dan kota. Sehingga ada gambaran dan jadi landasan monitoring dan evaluasi penanggulangan terorisme," ucapnya.

Kompas TV Polisi Yakinkan Keamanan Warga Pasca-Penangkapan Teroris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com