Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2016, 15:41 WIB

"Ngopi dulu, Bro, biar enggak ngantuk. Dari semalam kita stand by," kata salah seorang anggota tim intelijen Datasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditemui Kompas di lokasi penangkapan empat terduga teroris di Kampung Curug, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/12).

Belasan cangkir berisi endapan ampas kopi bubuk tergeletak di depan rumah M Lukman, Ketua RT 001 Kampung Curug. Di rumah itu, sejumlah anggota tim intelijen Densus 88 memantau operasi penangkapan hingga evakuasi jenazah tiga terduga teroris, yaitu Omen, Helmi, dan Irwan, yang tewas di sebuah rumah kontrakan di kampung itu.

Tidak seperti tim operasi Densus 88 yang dilengkapi senjata lengkap, pakaian hitam, penutup hidung dan mata, serta helm, penampilan tim intelijen "tidak menakutkan". Mereka mengenakan kaus, celana jins, dan sepatu olahraga atau sneaker.

Tim intelijen itu juga memiliki penampilan beragam, mulai dari gaya urakan dengan jins sobek-sobek, hingga berjas dan berdasi seperti pengusaha muda.

Dedi (35), warga Kampung Curug yang menyaksikan operasi penangkapan, mengatakan, "Kemarin ada tiga orang yang duduk-duduk di depan rumah. Gayanya kayak anak punk, baru tadi pagi saya tahu ternyata mereka polisi" ujarnya.

Gaya seperti itu dilakukan untuk operasi pemantauan sel jaringan teroris agar tidak dicurigai dan dapat membaur dengan masyarakat.

Operasi intelijen untuk menangkap empat terduga teroris di Tangerang Selatan, misalnya, dilakukan sejak satu pekan lalu. Ketika terduga teroris itu memantau target aksi teror, yaitu pos polisi di Tangerang Selatan, tim Densus 88 Antiteror juga memantau mereka.

Operasi pemantauan yang dilakukan bukan hal mudah. Selain memakan waktu berhari-hari, mereka juga perlu memahami pergerakan mereka. Apalagi jika terduga teroris itu berupaya mengecoh mereka. Ini dialami salah satu anggota Tim Densus 88 yang memantau pergerakan empat terduga teroris di Kampung Curug. Terduga teroris itu berupaya mengecoh dengan terus berganti ojek hingga tiga kali meski durasi perjalanan menuju lokasi target hanya 10 menit.

KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Suasana saat penggerebekan terduga teroris di salah satu kontrakan di kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Rabu (21/12/2016). Tiga orang terduga teroris meninggal dalam proses penggerebekan yang dilakukan Densus 88.

Khusus untuk operasi dalam 20 hari terakhir, tim korps berlambang burung hantu itu bekerja sama dengan anggota kepolisian resor dan kepolisian daerah untuk menangkap sel jaringan teroris. Sel jaringan itu mulai dari Bekasi dan Tasikmalaya (Jawa Barat), Karanganyar dan Puworejo (Jawa Tengah), Tangerang Selatan (Banten), Batam (Kepulauan Riau), Payakumbuh (Sumatera Barat), dan Deli Serdang (Sumatera Utara).

Seluruh penangkapan itu diawali operasi pemantauan di Solo, Jawa Tengah, terhadap M Nur Solihin, sejak November lalu. Tim Densus pun mencermati proses Solihin menikahi Dian Yulia Novi, calon pengantin peledakan bom di Istana Negara yang ditangkap 10 Desember lalu. Pergerakan Solihin ke Cirebon, Jawa Barat, untuk bertemu Dian diikuti, begitu pula ketika mereka kemudian bersama-sama naik kereta dari Cirebon ke Jakarta untuk mencari kamar indekos di Perumahan Bintara Jaya, Kota Bekasi. Setelah Solihin dan Dian diamankan, puluhan penangkapan dilakukan hingga, kemarin, penangkapan tujuh terduga teroris di Tangerang Selatan, Batam, Deli Serdang, dan Payakumbuh.

Pengorbanan

Sejak diresmikan pada Agustus 2004, Densus 88 Antiteror telah menangkap sekitar 1.000 teroris. Apresiasi dunia pun berdatangan. Yang terbaru, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Syafruddin mengungkapkan, otoritas keamanan Jepang secara khusus mengundang Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian untuk memberi pembekalan terkait pencegahan teror menjelang Olimpiade 2020 di Tokyo.

Akan tetapi, berbagai pengakuan itu dilakukan dengan sejumlah pengorbanan. Harus bekerja selama berbulan-bulan untuk mengawasi anggota jaringan teroris, tanpa batas waktu yang jelas, menyebabkan sejumlah anggota Densus 88 harus rela tak bertemu keluarga. "Yang penting anak masih ingat saya, alhamdulillah, Mas," ujar salah satu kepala satuan Densus 88.

Alhasil, tidak heran jika banyak kisah anggota Densus yang terpaksa mengorbankan rumah tangganya demi menjamin warga Indonesia bebas dari aksi teroris. Bahkan, saat bertugas, waktu untuk tidur dan makan pun terkadang tidak dimiliki.

"Bayangkan, anggota saya tidak bertemu istri dan anak, makannya sulit, mereka juga tidur di jalan untuk mengantisipasi dan menyelidiki kasus teror agar kita bisa tangkap sebelum ada bom. Karena itu, kami harap jangan ada komentar mengenai pengalihan isu," ujar Syafruddin, pekan lalu.

Selain itu, saat bertugas, anggota Densus 88 Antiteror juga harus siap mengorbankan nyawa untuk menghadapi "kenekatan" teroris yang siap mati itu.

Dalam senyap anggota Densus 88 Antiteror ini bekerja. Mereka hanya ingin memastikan Tanah Air aman dan nyaman serta terhindar dari ancaman individu yang merasa mimpi dan ilusinya yang paling benar.

(MUHAMMAD IKHSAN MAHAR)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Desember 2016, di halaman 1 dengan judul "Gerak Senyap Densus 88 Antiteror".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com