JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2016, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah memfasilitasi ribuan warga negara Indonesia (WNI) yang memiliki masalah di berbagai negara di luar negeri.
Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi saat melakukan video conference dengan civitas akademika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin (19/12/2016).
Video conference ini dilakukan Menlu di sela menghadiri pertemuan antar Menteri Luar Negeri se-Asean guna membahas persoalan masyarakat Rohingnya di Myanmar.
"Selama tahun 2016, Indonesia berhasil membebaskan ribuan WNI yang menghadapi masalah di seluruh dunia," ujar Retno, seperti dikutip dari keterangan tertulis UGM, Senin.
Menlu menyebutkan, ribuan WNI tersebut di antaranya terdiri dari 54 WNI yang dibebaskan dari hukuman mati.
Selain itu, sebanyak 8.815 kasus WNI yang menghadapi masalah hukum dapat terselesaikan dan menyelamatkan 287 WNI yang terlibat dalam kasus perdagangan manusia.
"Tahun 2016 banyak kasus penculikan WNI dan kita mampu menyelamatkan 25 ABK Indonesia yang disandera di Filipina dan 4 warga Indonesia sandera Somalia," jelas dia.
Retno mengatakan, kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia menjadi isu penting dari politik luar negeri Indonesia.
Sebab, peran Indonesia semakin penting di tengah maraknya kejahatan transnasional dan konflik yang terus berlangsung di berbagai belahan dunia.
Menurut dia, Indonesia sebagai negara muslim terbesar dan anggota G 20 patut memainkan peran penting dalam menjaga dan menciptakan perdamaian dunia.
"Hal yang dihargai dari Indonesia adalah dengan menerapkan pendekatan secara damai lewat dialog dan diplomasi dalam menyelesaikan konflik," kata Retno.
Ia menambahkan, pada tahun 2016 politik luar negeri Indonesia difokuskan pada upaya Indonesia dalam melindungi WNI di luar negeri, menjaga perdamaian dan menciptakan kesejahteraan dunia.
Indonesia, kata Retno, berupaya memberikan perlindungan maksimal kepada warga negara Indoensia (WNI) di luar negeri.
Pasalnya, kasus WNI di luar negeri semakin banyak terjadi karena tingginya mobilitas dan konflik di berbagai kawasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.