JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Badan Pengawas Pemilu, Muhammad, ingin proses pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah mendatang tak hanya sekadar kontestasi politik.
Namun, Muhammad berharap pilkada juga bisa menjadi pembelajaran bagi mahasiswa sebagai generasi muda, khususnya di bidang politik.
Oleh karena itu, Muhammad ingin mahasiswa lebih berkontribusi dalam proses Pilkada Serentak 2017, khususnya sebagai pengawas.
"Mahasiswa bisa jadi mitra penegak pemilu. Selain nyoblos, bisa bantu Bawaslu," ujar Muhammad dalam diskusi di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (13/12/2016).
Muhammad mengatakan, saat ini Bawaslu sangat kekurangan petugas pengawas. Saat pemilu 2014 lalu, di setiap desa maksimal ada lima pengawas pemilu.
Di pulau Jawa saja, satu pengawas pemilu menangani 80 tempat pemungutan suara. Hasilnya tidak efektif, banyak TPS yang tidak diawasi dengan baik.
"Jadi kita rekrut sebagian besar teman mahasiswa yang bisa memilih. Kita dongkrak partisipasi pemilih yang sudah 17 tahun atau sudah menikah," kata Muhammad.
Dengan demikian, mahasiswa bisa lebih dekat dengan proses pemilu. Terlebih lagi, sebanyak 30 persen pengguna hak pilih merupakan pemilih pemula. Jika mereka menemukan kecurangan selama proses pemilu, maka laporkan ke Bawaslu.
"Jadi pemilu harus bisa jadi objek pendidikan politik," kata Muhammad.
"Honor tidak besar tapi yang paling penting terlibat dalam proses pemilu aktif," lanjut dia.