JAKARTA, KOMPAS.com - Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan rencana pendomplengan oleh kelompok lain dalam aksi unjuk rasa pada 4 November 2016 bukanlah mengada-ada.
"Kata-kata pendomplengan dalam aksi demonstrasi bukan omong kosong," ujar Boy dalam konfrensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (26/11/2016).
Kelompok itu, kata Boy, kelompk tersebut sengaja ingin menjalankan agendanya sendiri. Sejauh ini polisi sudah menangkap sembilan orang terkait jaringan kelompok Islamic State of Iraq and Syria atau yang lebih dikenal dengan ISIS.
"Kelompok-kelompok ini bermain di air keruh. Ini hanya salah satu, ada lagi kegiatan-kegiatan lain punya tujuan lain ikut kegiatan yang seolah-olah sama, tapi sebetulnya dia punya agenda terselubung dan punya niat-niat yang tidak baik," papar Boy.
Boy mengatakan, meskipun menumpang pada aksi unjuk rasa, namun mereka tidak punya keterkaitan dengan massa yang turun ke jalan pada 4 November lalu.
"Mereka ini belum terdeteksi punya hubungan dengan para pedemo yang ada. (Mereka) Lebih kepada melihat ada momen yang pas untuk melakukan itu," kata Boy.
Sebelumnya, penangkapan terhadap sembilan orang ini merupakan pengembangan penyelidikan atas dugaan adanya penyusup dalam aksi unjuk rasa pada 4 November. Mereka sengaja menyusup untuk membuat kekacauan.
Berdasarkan penyelidikan, diketahui saat unjuk rasa berlangsung itu mereka berniat mengambil senjata api milik petugas. Namun, hal itu tidak terlaksana lantaran petugas yang mengawal aksi unjuk rasa tidak dibekali senjata api.
Kesembilan orang tersebut yakni Saulihun alias Abu Musaibah, Alwandi alias Aseng, Reno Suharsono, Dimas Adi Syahputra, Wahyu Widada, Ibnu Aji Maulana, Fuad alias Abu Ibrohim, Zubair, dan Agus Setiawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.