JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengingatkan bahwa Indonesia juga sering menjadi korban hilangnya benda bersejarah.
Hal itu menyusul pemberitaan soal protes Belanda dan Inggris terhadap hilangnya bangkai enam kapal peninggalan perang dunia II di Laut Jawa.
"Jangan lupa, Indonesia adalah negara yang sering menjadi korban hilangnya barang-barang artefak peninggalan sejarah kita," ujar Retno di Kompleks Istana Presiden, Rabu (23/11/2016).
Meski demikian, Pemerintah Indonesia akan tetap membantu Pemerintah Belanda dan Inggris untuk menemukan bangkai kapal tersebut.
Indonesia akan aktif bertukar informasi perihal benda-benda besejarah yang tercatat ada di wilayah Tanah Air.
"Kan banyak sekali peninggalan, data-data mengenai barang-barang peninggalan sejarah yang mungkin masih ada di dalam laut. Jadi kerja sama kita sharing data," ujar Retno.
Diberitakan, Belanda dan Inggris memrotes hilangnya enam bangkai kapal yang tenggelam di Laut Jawa selama Perang Dunia II.
Salah satu kapal yang dimaksud, yakni Hr Ms De Ruyter sepanjang 170 meter. (Baca: Kapal Perang Hilang di Laut Jawa, Belanda dan Inggris Protes ke Indonesia)
Penyelam amatir masih melihat bangkai kapal-kapal itu 15 tahun lalu.
Namun, baru-baru ini tim ekspedisi internasional yang dikirim ke lokasi tenggelamnya kapal itu tidak menemukan apa-apa selain tanda-tanda bekas tenggelamnya kapal.
Kepala Pusat Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bambang Budi Utomo menegaskan, Indonesia menolak disalahkan atas lenyapnya bangkai kapal itu.
(Baca: Soal Kapal Perang Hilang di Laut Jawa, Indonesia Tolak Tuduhan Belanda)
"Pemerintah Belanda tidak bisa menyalahkan pemerintah Indonesia karena mereka tidak pernah meminta kami untuk melindungi kapal-kapal mereka," ujar Budi.
"Karena tidak ada kesepakatan atau pengumuman ketika kapal-kapal itu hilang, jadi itu bukan tanggung jawab kami," kata dia.