JAKARTA, KOMPAS.com - Pegiat Forum Demokrasi DIgital, Damar Juniarto menilai, polarisasi opini publik di media sosial meningkat saat Pilkada Serentak 2017.
Damar mengatakan, masyarakat kini semakin tersekat dengan membentuk kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan pendapat, isu, dan identitas.
"Jadi tren polarisasi itu meningkat seiring dengan pilkada yang terjadi di mana-mana," kata Damar di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Senin (14/11/2016).
Damar menuturkan, polarisasi ini dapat berujung pada konflik yang berbasis pada ekspresi politik.
Ekspresi ini, kata Damar, dapat disampaikan secara emosional akibat tertutupnya pandangan masyarakat melihat informasi lain dalam ajang kontestasi politik.
"Sehingga terjadi adu balas yang tidak sehat, keruh, dan penuh distorsi," ucap Damar.
Damar mengatakan, polarisasi opini saat pilkada digelar dapat menjadi masalah. Pasalnya, perdebatan pendapat yang tidak sehat di media sosial dapat terjadi karena polarisasi tersebut.
"Penyebaran kebencian, rasisme, dan diskriminasi dalam wujud adu balas yang tidak sehat, keruh, dan penuh distorsi dapat terjadi di media sosial," kata Damar.
Untuk itu, kata Damar, penegakan aturan dalam berkampanye di media sosial harus dilakukan secara tegas dan jelas.
"Juga perlu dicegah upaya-upaya menjegal lawan politik lewat celah dalam perangkat hukum internet yang ada," tutur Damar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.