“TNI berasal dari rakyat dan tumbuh berkembang bersama rakyat. Maka, TNI pasti berdiri terdepan untuk membela Indonesia. Taruna-taruna TNI tidak pernah diragukan kekuatan cinta tanah airnya, karena sejak digembleng di Lembah Tidar, mereka digembleng untuk menjadi Indonesia.”
Jenderal TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo, alumni Angkatan Pertama Militaire Akademie (MA) Yogyakarta.
Dalam jejak kesejarahan Indonesia, TNI menjadi pilar terdepan dalam menjaga pertahanan wilayah NKRI. Itulah yang membuat Akademi Militer, sebagai lembaga pendidikan pencetak para sosok tentara profesional ini, mendulang rasa ingin tahu banyak kalangan awam. Utamanya, mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Indonesia semakin membutuhkan pemimpin yang punya kecintaan tulus, tanpa pamrih kepada tanah airnya. Lembaga pendidikan menjadi hulunya.
Tempat pendidikan militer yang melahirkan rata-rata 220 perwira remaja Angkatan Darat setiap tahun ini dikenal dengan nama Akademi Milter Magelang. Lembah Tidar, nama legendaris Akademi Militer Magelang, menjadi wadah yang strategis dalam rangka membentuk perwira militer yang tangguh, tegas dan profesional.
Alumninya, lewat berbagai jejak langkahnya, telah terbukti sebagai pemimpin yang memulai karier kepemimpinannya dari bawah, yaitu sejak mereka menyandang pangkat Letnan Dua dan ditempatkan di seluruh teritorial Indonesia.
Lembah Tidar, lembah dan bukit berhawa sejuk yang terletak di bagian selatan Kota Magelang, Jawa Tengah. Di Lembah Tidar inilah letak kompleks Akademi Militer, atau terkenal sebagai paku Pulau Jawa.
Bukit Tidar, memang tidak terlalu tinggi, tetapi pepohonan di sini berfungsi sebagai paru-paru kota sehingga udara Kota Magelang selalu segar. Kita juga dapat menikmati pemandangan Kota Magelang dari atas Tugu Akademi Militer.
Akademi Militer bertugas mendidik taruna untuk menjadi Perwira TNI Angkatan Darat. Para Calon perwira ini akan dibina di Lembah Tidar Magelang selama 4 tahun yang kelak akan menjadi pimpinan TNI AD di seluruh tanah air. Lulusan Akmil langsung mendapatkan anugerah pangkat Letnan Dua.
Selama menjalani proses pendidikan sebagai Taruna Akademi Militer segala keperluan akan disediakan oleh negara, mulai perlengkapan dari kepala sampai ujung kaki sudah tersedia dan seluruh fasilitas dibiayai oleh negara. Para taruna hanya fokus untuk belajar dan berlatih saja.
Jejak Sejarah Akademi Militer
Sejarah Akademi Militer (Akmil) bermula dari berdirinya Militaire Academie (MA) Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober 1945 atas prakarsa Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo.
Jenderal Oerip ditunjuk oleh pemerintah yang baru hitungan bulan itu untuk mengepalai TKR, dan kemudian membentuk MA yang cikal-bakal Akmil.
Adalah Kolonel Samijo, seorang eks perwira KNIL tamatan Sekolah Militer Kerajaan Belanda (KMA) Breda, Belanda, yang langsung dipanggil Jenderal Oerip menjadi guru sejak MA mulai berdiri. Tidak ada guru-guru lain, gedung, apalagi peralatan layaknya sebuah sekolah Akademi Militer.
Moehkardi menuliskan, bagaimana sederhananya proses terbentuknya MA yang tanpa didahului perencanaan, persiapan, apalagi modal materi itu. Modal satu-satunya hanyalah ide, kemauan dan semangat pengabdian dari para pelaksana. Suatu ciri umum di zaman revolusi fisik kala itu. (Lihat: Akademi Miiter Yogya dalam Perjuangan Fisik 1945-1949. Moehkardi, 1977.).