Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pesan Kemenlu RI untuk WNI di AS Sikapi Kemenangan Donald Trump

Kompas.com - 10/11/2016, 15:08 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemenangan Donald Trump pada Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) menimbulkan kecemasan bagi kaum minoritas di sana.

Sebab, semasa kampanye, Trump kerap menyudutkan imigran dan agama minoritas di sana.

Menanggapi pernyataan Trump semasa kampanye itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menyampaikan, agar WNI di AS tetap menjalani aktivitas seperti biasanya dan menghormati kemenangan Trump.

(baca: Kemenlu RI: Tak Ada Kekhawatiran Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS)

Hal itu disampaikan Arrmanatha karena banyak WNI yang tinggal di AS.

"Pesan kami masih sama untuk WNI di AS, hormati budaya di sana, hormati hukum dan aturan yang berlaku di sana," kata Arrmanatha, dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2016).

Arrmanatha meyakini, AS merupakan negara yang menjunjung tinggi pluralitas dan demokrasi.

 

(Baca: Tolak Trump, Aksi Duduk di Jalan, Bobol Toko, hingga Bakar Bendera AS)

Sehingga Trump sebagai Presiden AS terpilih semestinya mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan pluralitas dalam menelurkan kebijakan politik, khususnya politik luar negeri.

"Sekali lagi, untuk ke depan, masih harus melihat kebijakan langsung dari Trump, dan kami yakin Islam agama kedamaian dan akan menyikapi ini dengan kedamaian pula," lanjut dia.

Lewat penghitungan suara yang berlangsung ketat hingga Rabu (9/11/2016) dini hari, rakyat Amerika Serikat memilih Donald Trump sebagai presiden ke-45 AS.

 

Trump berjanji kembali menyatukan bangsa yang terbelah akibat pemilu yang penuh hujatan dan saling kecam ini.

Pesaingnya, Hillary Clinton, menerima kekalahan dan memberikan selamat kepada Trump.

(Baca: Trump Menang, China Kena Imbas Pertama, Indonesia Berikutnya)

Seperti dikutip Kompas, kemenangan kandidat Partai Republik ini tak diduga sebelumnya karena hampir semua lembaga dan jajak pendapat menyebut Hillary lebih berpeluang.

Faktanya, Hillary unggul dalam perolehan jumlah suara secara nasional. Namun, Trump memenangi pemilihan karena memenangi mayoritas suara elektoral.

Trump dalam pidato kemenangannya, Rabu dini hari, mengatakan akan menyatukan bangsa yang terluka selama kampanye.

Kompas TV Trump Menang, Pasar Saham Asia Respon Negatif
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com