JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mempertanyakan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menuding adanya aktor politik menunggangi kerusuhan di aksi unjuk rasa pada Jumat (4/11/2016).
Ia menilai, Jokowi menggunakan gaya otoriter seperti di era kepemimpinan Presiden kedua RI Soeharto.
"Ini kan tudingan gaya orba, ditunggangi pihak ketiga, aduh itu kuno banget itu. Sudah lebih dari 18 tahun kita enggak pernah dengar lagi," kata Fadli saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/11/2016).
Politisi Gerindra ini meminta Jokowi mengungkap siapa aktor politik yang dimaksud. Jika tidak, kata dia, Jokowi akan dinilai hanya membuat tuduhan.
(Baca: Jokowi Sebut Kerusuhan Ditunggangi Aktor Politik, Ini Komentar Sekjen Demokrat)
"Harusnya sebut saja namanya, apa yang dilakukannya, mana buktinya. Jangan menimbulkan keresahan," ucap Fadli.
Fadli yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa menduga Jokowi menyampaikan adanya aktor politik hanya untuk mencari kambing hitam.
Menurut dia, itu dilakukan untuk menutupi kesalahan Jokowi yang tidak ada di Istana saat demonstrasi berlangsung.
Aksi unjuk rasa pada Jumat lalu awalnya berjalan damai hingga pukul 18.00 WIB.
Masyarakat berkumpul di sekitar Istana Kepresidenan dengan tertib untuk menuntut proses hukum terhadap calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap menista agama.
Namun pada malam harinya, bentrok terjadi antara kepolisian dan sebagian pendemo yang belum membubarkan diri.
Presiden Jokowi yang siang harinya meninjau proyek Infrastruktur di Bandara Soekarno-Hatta, baru kembali ke Istana setelah kerusuhan mampu diredam.
(Baca: Jokowi: Kerusuhan Usai Demo 4 November Ditunggangi Aktor Politik)
Setelah memimpin rapat terbatas, Presiden menyatakan apresiasi terhadap unjuk rasa yang tertib pada pagi hingga sore hari, namun menyesalkan kejadian di malam harinya.
"Kita menyesalkan kejadian ba'da Isya yang harusnya sudah bubar tapi menjadi rusuh. Dan ini sudah ditunggangi aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi," kata Jokowi dalam jumpa pers usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (5/11/2016) pukul 00.10 WIB.