JAKARTA, KOMPAS.com - Gedung Pancasila di Kementerian Luar Negeri dipenuhi khalayak. Mereka tampak cemas.
Lalu, empat orang berkemeja putih lengan panjang tampak keluar dari salah satu ruangan.
Keempatnya berlari menghampiri sejumlah orang yang belakangan diketahui bahwa itu adalah keluarga dan kerabat mereka.
Isak tangis yang tertahan pecah. Mereka berpelukan, melepas rasa rindu setelah empat tahun lebih tak pernah bertatap muka.
Keempat orang itu adalah anak buah kapal Naham 3 yang disandera perompak Somalia di sekitar perairan Seychelles sejak 26 Maret 2012.
Empat orang ABK tersebut merupakan bagian dari 26 sandera kapal berbendera Oman itu.
(Baca: Empat WNI Bebas Setelah Disandera 4,5 Tahun oleh Perompak Somalia)
Keempat WNI tersebut yaitu Sudirman (24) asal Medan, Sumatera Utara; Supardi (34) asal Cirebon, Jawa Barat; Adi Manurung (32) asal Medan, Sumatera Utara; dan Elson Pesireron (32) asal Seram, Ambon.
Momen tersebut tidak hanya mengharukan bagi keluarga. Beberapa petugas dan awak media pun tampak menyeka air mata.
Pada Minggu (23/10/2016) pukul 21.00 WIB, keempat sandera bersama 22 sandera dari negara lain mendarat di Bandara Nairobi, Kenya.
Mereka dijemput oleh Duta Besar RI di Nairobi dan tim Kemenlu yang dipimpin Direktur Perlindungan WNI Lalu Muhammad Iqbal.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelumnya mengatakan kapten kapal meninggal saat pembajakan terjadi.
(Baca: Ini Kronologi Pembebasan 4 WNI yang Disandera Perompak Somalia Selama 4,5 Tahun)
Dua sandera lain meninggal pada tahun 2014. "Dari dua sandera itu, salah satunya adalah WNI bernama Nasirin asal Cirebon, Jawa Barat, karena sakit malaria," ujar Retno di kompleks Kemenlu, Jakarta, Senin (24/10/2016).
Retno menjelaskan, 26 ABK terdiri dari warga negara Filipina, Indonesia, Kamboja, Taiwan, China, dan Vietnam.
Mewakili pemerintah, Retno mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu proses pembebasan sandera.