Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pilkada, Waspadai Lembaga Survei Merangkap Konsultan Politik

Kompas.com - 06/10/2016, 16:48 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelaran Pilkada Serentak 2017 semakin dekat. Lembaga survei mulai kembali gencar unjuk diri. Namun, lembaga survei tak lepas dari kritikan publik maupun politisi. Alasannya, tak sedikit lembaga survei partisan yang berpihak pada calon-calon tertentu dalam Pilkada.

Selain itu, sejumlah lembaga survei juga kerap berperan sebagai konsultan politik. Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menjadi salah satu yang menentang rangkap peran tersebut.

Ia menegaskan, seharusnya lembaga survei tak berperan sebagai konsultan politik, apalagi tim pemenangan calon tertentu.

"Kalau dia sebagai lembaga survei ya sudah. Tidak boleh jadi konsultan politik apalagi timses," kata Riza di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Lembaga survei, lanjut Riza, biasanya diisi oleh orang-orang profesional dan kalangan intelektual. Seharusnya, integritas melekat pada diri mereka.

Integritas tersebut pada akhirnya terjungkal karena mengorbankan uang semata. Meski begitu, bukan berarti lembaga survei tak boleh dipesan. Siapapun boleh memesan, asal hasilnya tak dipengaruhi.

"Kita harus segera kembali pada nasionalisme kita. Jauh dari hal-hal yang bersifat materi. Integritas harus dikedepankan," kata Wakil Ketua Komisi II DPR itu.

Senada dengan Riza, Anggota Komisi II dari Fraksi PDI Perjuangan, Rahmat Nasution Hamka menyebutkan tiga hal yang harus dikedepankan oleh lembaga survei. Tiga hal tersebut adalah independensi, transparansi dan integritas. Lembaga survei tak seharusnya disusupi kepentingan salah satu pihak.

"Kalau ada yang merangkap, kita tidak bisa lagi harapkan," ujar Hamka.

"Dikhawatirkan mereka bisa memoles calon. Ada kejahatan demokrasi yang dilakukan," sambungnya.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie sebelumnya juga berpesan kepada masyarakat Jakarta agar tidak menjadikan hasil survei sebagai pertimbangan memilih dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. Pilkada DKI menjadi salah satu panggung strategis bagi lembaga-lembaga survei unjuk gigi.

"Jangan percaya pada segala macam survei, enggak penting itu survei-survei," kata Jimly.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu memberikan contoh Pilkada DKI Jakarta pada 2012. Saat itu, sejumlah lembaga survei menyebutkan bahwa elektabilitas calon Fauzi Bowo atau Foke dan Nachrowi Ramli tidak pernah di bawah 50 persen responden.

Foke merupakan calon petahana yang dinilai memiliki peluang lebih besar untuk memenangi pilkada ketimbang penantangnya, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi-Ahok. Nyatanya, Foke justru dikalahkan oleh pasangan Jokowi-Ahok dalam dua putaran pilkada.

Di putaran kedua, Jokowi-Ahok meraih 53,8 persen suara di atas perolehan suara Foke-Nachrowi sebesar 46,2 persen.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Suami Zaskia Gotik Dicecar soal Penerimaan Dana Rp 500 Juta dalam Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Suami Zaskia Gotik Dicecar soal Penerimaan Dana Rp 500 Juta dalam Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
Tambah Syarat Calon Kepala Daerah yang Ingin Diusung, PDI-P: Tidak Boleh Bohong

Tambah Syarat Calon Kepala Daerah yang Ingin Diusung, PDI-P: Tidak Boleh Bohong

Nasional
Terima Kunjungan Menlu Wang Yi, Prabowo Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Latihan Militer RI-China

Terima Kunjungan Menlu Wang Yi, Prabowo Bahas Kerja Sama Pendidikan dan Latihan Militer RI-China

Nasional
Banyak Pihak jadi Amicus Curiae MK, Pakar Sebut karena Masyarakat Alami Ketidakadilan

Banyak Pihak jadi Amicus Curiae MK, Pakar Sebut karena Masyarakat Alami Ketidakadilan

Nasional
Alasan Hasto soal Jokowi Datang ke Anak Ranting PDI-P Dulu sebelum Bertemu Megawati

Alasan Hasto soal Jokowi Datang ke Anak Ranting PDI-P Dulu sebelum Bertemu Megawati

Nasional
Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi di Depan MK, Hasto: Percayakan Hakim, Jangan Ditekan-tekan

Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi di Depan MK, Hasto: Percayakan Hakim, Jangan Ditekan-tekan

Nasional
Pemerintah Akan Bentuk Satgas untuk Atasi Pornografi Anak 'Online'

Pemerintah Akan Bentuk Satgas untuk Atasi Pornografi Anak "Online"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com