JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menilai sentimen primordial yang diembuskan saat ini, khususnya dalam Pilkada DKI 2017, sudah terlalu ekstrem.
Pasalnya, kata Din, sentimen tersebut sangat kentara mengeksploitasi agama demi keuntungan politik semata.
"Sentimen primordial bersifat sara ini berbahaya. Eksploitasinya terlalu ekstrem. Apalagi dengan ekspresi yang kasar dan arogan," ujar Din usai peluncuran buku "Rumah Bagi Muslim, Indonesia dan Keturunan Tionghoa" di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Din menuturkan, kendati agama tak bisa dipisahkan dengan politik, penggunaan sentimen tersebut seharusnya tidak dilakukan.
Sentimen tersebut, kata Din, hanya akan merusak citra agama. "Saya tidak setuju ada eksploitasi walaupun agama dan politik tidak terpisahkan. Ini eksploitasi yang ekstrem," kata Din.
Selain itu, sentimen tersebut dapat merusak relasi antaretnis.
"Jangan sampai hubungan etnis Tionghoa dan etnis lain di Indonesia yang saat ini relatif cair kemudian terganggu kembali," ucap Din.
Menurut Din, eksploitasi agama dalam sentimen negatif harus segera dihentikan. Ia pun meminta agar masyarakat dapat menyikapi masalah ini secara bijaksana.
"Kalau tidak dikelola, tidak mustahil bisa menjadi bom waktu. Ini harus menggunakan kearifan kita semua menghadapi sentimen primordialisme," ujar Din.