KOMPAS.com - "Suatu ketika, ada Nenek Mirah yang membawa jagung dari pasar. Dengan karung yang berat, ia menggendong jagung itu. Sayangnya, tanpa disadari, butiran jagung yang digendongnya jatuh dan banyak yang tercecer di jalan," kata Saut Situmorang, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, saat mendongeng di acara Indonesia International Book Fair 2016 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Sabtu, (1/10).
Sambil memegang boneka katak yang diberi nama Fajar di tangan kanannya dan boneka gajah berwarna abu-abu di tangan kirinya, Saut kemudian melanjutkan dongengnya, "Setelah sampai di rumahnya, Nenek Mirah baru sadar ternyata jagungnya habis. Ia lalu kembali memunguti butiran jagung yang jatuh tadi, tetapi tak semuanya bisa dikumpulkan. Jagung yang tak ditemukan lama-kelamaan, tumbuh besar dan berbuah."
"Hei Gajah! Kalau kamu lapar dan mau meminta jagung, seharusnya meminta izin. Kalau enggak izin, namanya nyolong," ujar Si Katak dengan sengit kepada Gajah.
Karakter Gajah yang diperankan Saut kemudian manggut-manggut dan berkata, "Oh gitu, ya. Baik, kalau begitu aku akan membantu Nenek Mirah."
Saut kemudian melanjutkan dongengnya dengan sikap Gajah yang menyadari kesalahannya. Si Gajah lalu membantu Nenek Mirah mengangkut hasil panennya ke rumah. Setelah itu, Si Gajah juga ikut membantu Nenek Mirah menanam kembali jagungnya.
"Jadi, adik-adik, kalau ingin mendapatkan sesuatu, kalian harus bekerja keras dan bersikap jujur, ya. Jangan apa hayoo.... Jangan nyolong," kata Saut sambil menggerakkan boneka kataknya.
Lena (32), ibu Fikri (5), siswa PAUD Al Fajridari Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menyambut baik kegiatan yang dilakukan KPK, terutama untuk pendidikan karakter anak-anak agar menjadi jujur dan berbuat baik.
"Supaya anak-anak bertambah wawasannya. Mereka jadi tahu bahwa korupsi itu tidak baik," katanya.
Berkelanjutan
Sebagai salah satu unsur pimpinan lembaga anti rasuah yang lebih sering berkutat dengan penanganan kasus korupsi dan penegakan hukum, Saut mencoba mendongeng dengan baik agar makna cerita bisa dimengerti anak-anak.
Meskipun butuh waktu lama, secara berkelanjutan, KPK terus menanamkan pendidikan karakter yang baik pada anak-anak. Pada usia anak-anak, penanaman nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, sikap kritis, dan kreatif inilah ditemukan momen terbaiknya. Nilai-nilai itu akan membekas di benak anak-anak jika terus disampaikan dan dipraktikkan sehari-hari.
Selain menyediakan buku anak-anak dan pin anti korupsi, KPK juga menyediakan buku saku pemberantasan korupsi untuk dibaca pengunjung.
Menurut Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, pewarisan nilai-nilai melalui dongeng kepada anak-anak adalah salah satu sarana yang efektif. Sebab, melalui dongeng anak-anak diajak berimajinasi lewat simbol-simbol yang muncul dari kisah-kisah.
"Sangat baik sekali jika pendidikan karakter ini ditanamkan sejak dini. Sebab, pada 20-30 tahun mendatang, anak-anak ini yang menjadi pejabat dan anggota masyarakat aktif. Dengan penanaman nilai anti korupsi, mereka punya bekal berharga yang diharapkan bisa menjadi basis karakter dan sikap moral terhadap korupsi," tuturnya. (REK)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Oktober 2016, di halaman 2 dengan judul "Jagung Nenek Mirah dan Gajah yang Jujur".